Bencana coronavirus yang sudah meresahkan dunia dalam beberapa bulan ini seakan menegaskan bahwa para guru tetaplah sibuk. Bagaimana tidak, walaupun mayoritas sekolah sudah libur, para guru tetap membagi fokusnya kepada sekolah dan rumah.
Setengah fokus dilimpahkan kepada siswa-siswinya dengan cara menggelar pembelajaran online atau pemberian tugas, setengah lagi diperuntukkan kepada keluarga di rumah.
Tambah lagi jika para guru sudah punya anak, dan anak mereka sudah sekolah. Tentu anak-anak mereka juga ingin diperhatikan, baik tentang kesehatan maupun pemenuhan tugas sekolah.
Kadang, di beberapa sekolah meski jadwal sudah libur, guru tetap memiliki kewajiban hadir ke sekolah secara bergantian untuk memenuhi tugas administratif. Lelah juga jika dirasa, tapi seperti itulah tugas guru untuk mencapai predikat mulia.
Perhatian guru yang seperti ini tentunya patut untuk diapresiasi, terutama dari segi kepedulian mereka terhadap perkembangan belajar siswa di rumah.
Namun, baru-baru ini KPAI kembali membuat suasana hati para guru memanas. Padahal, kasus-kasus negatif peluka wajah pendidikan sudah hampir tidak terdengar lagi. Sekolah juga sudah libur, hingga peluang perundungan bisa dikatakan tidak ada.
Nadanya, KPAI menerima sejumlah aduan dari orangtua siswa di Jakarta bahwa anak mereka stres karena mendapatkan berbagai tugas dari para guru selama program belajar dari rumah (home learning).
"Kemungkinan besar para guru memahami home learning adalah dengan memberikan tugas-tugas secara online, dan pengumpulannya pun online. Alhasil para siswa dan orangtua mengeluh," kata Komisioner KPAI, Retno Listyarti pada Rabu (18/03/2020.
Berangkat dari kemungkinan yang belum tentu menjurus kepada kebenaran. Agaknya persepsi KPAI ini begitu timpang dan berangkat dari satu arah saja.
Kadang, keluh yang datang dari siswa maupun orangtua adalah efek dari pembelajaran tuntas itu sendiri. Ya, kita masih ingat bahwa kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran tuntas di mana guru tidak berhak memberikan siswanya pekerjaan rumah, alias PR.
Siswa yang terbiasa belajar tuntas di sekolah, tiba-tiba mendapat jatah libur dan jatah tugas dalam waktu hampir dua minggu. Berat? Tentu saja, yang namanya tugas pastilah berat. Kalau ringan, itu kapas namanya. Yang jelas, jadi siswa jangan terlalu lemah.
Jujur saja, tidak mungkin guru akan membunuh siswanya dengan tugas yang begitu berat dan memberatkan, selama ia guru betulan. Guru tahu kadarnya, dan guru tahu apa yang harus diprioritaskan dari tugas tersebut.