Nanti, ini adalah kata sederhana yang senantiasa menghiasi kehidupan kita sehari-hari. Kata nanti bisa diartikan sebagai waktu kemudian ataupun waktu yang tidak lama dari sekarang.
Kelihatannya memang sebentar, tapi nyatanya? Banyak orang yang terlalu lama dan terlalu asyik dengan kata sebentar. "Sebentar lagi, sesaat lagi, tunggu sebentar lagi!"
Hal ini menjadi tidak terpungkiri karena banyak dari kita yang sanggup melakukan hal sepele hingga beberapa jam dan duduk bersebelahan dengan kata "Nanti".
Urusannya banyak, mulai dari sekadar update status di media sosial, lihat barang belanjaan online, nonton Youtube, berselancar, hingga hal-hal santai lainnya. Semua urusan sepele ini tampak begitu ribet hingganya waktu kita bisa terkuras beberapa jam.
Akhirnya? Kita abai dengan tugas, kita terlupa dengan pekerjaan rumah, dan kita lupa bahwa hari ini ada tugas yang harus kita cicil. Sebenarnya, kalau hanya sekadar pekerjaan rumah dan tugas (apalagi itu cukup mudah) banyak dari kita yang menggunakan sistem kejar tayang.
Namun, dampak yang kemudian datang di ujung jalan adalah ketidakbaikan nilai dan kehidupan kita. Kebiasaan duduk dengan kata "Nanti" malah menjadikan kita bekerja hanya untuk mendapatkan kata "Cukup" dan "Selesai".
Iya kalau nantinya hasil dari pekerjaan itu bernilai cukup. Kalau malah meremehkan, bagaimana? Apakah tidak jadi blunder?
Akibat Menyalahkan Nanti, Suka Cari-cari Alasan
Jika seseorang sering menunda sesuatu dan sering menggantinya dengan "Esok saja", rasanya sesuatu tadi tiada akan berakhir dengan nada yang luar biasa. Paling-paling hanya sekadar "Duhh, selamat", "Beruntung", dan "Hhhm, baik-baik saja".
Namun, karena dunia ini selalu berputar agaknya setiap orang tidak akan selalu baik-baik saja. Beberapa kali, atau bahkan seringkali, selalu ada blunder yang menyertai kehidupan orang yang suka menunda. Akhirnya? Kata "Nanti" yang disalahkan, berikut dengan umbar alasan.
"Lah, katamu nanti selesai? Kok, belum?"
Pertanyaan seseorang atau atasan hanya satu ini, tapi alasan yang datang kemudian begitu berhamburan.
"Maaf, Pak. Kemarin saya sedang ini, lagi itu..."
"Sorry, Bro. Tadi, aku ada urusan ini, kerjaan itu..."
"Lah, oh iya aku lupa, nih!"