Jangan Memandang Siswa dari Sudut Tinggi-Rendahnya Kemampuan
Ada siswa yang dianggap pintar, biasa-biasa saja, dan lemah dalam hal fokus belajar. Setiap kelas pasti memiliki ini, kecuali kelas private yang berisi 1 orang. Hohoho
Jika guru hanya sayang dan perhatian kepada siswa pintar, maka itulah namanya main hati. Jika siswa hanya sayang dan perhatian kepada siswa yang lemah, maka itu juga namanya main hati. Lalu, siswa yang biasa-biasa saja bagaimana?
Baca Pula: Anak Pintar dan Lemah Diperhatikan, Kalau yang "Biasa Saja"?
Siswa yang pintar, jika terus mendapat perhatian utama bisa jadi tambah pintar dan merasa terhebatkan. Siswa yang lemah, jika terus mendapat perhatian utama bisa jadi tambah riang dan menebarkan keributan. Siswa yang biasa-biasa saja juga mau diperhatikan.
Oleh sebab itulah, sebagai sosok yang tidak main hati guru sebaiknya tidak memandang siswa dari sudut tinggi-rendahnya kemampuan. Bukannya ingin menyama-ratakan kemampuan, melainkan ingin membagi kadar perhatian yang pas.
Beri Siswa Kesempatan yang Sama
Dalam pembelajaran di kelas, pasti ada siswa yang menonjol. Misalnya saat guru meminta tanggapan atau kesan, minimal ada satu siswa yang selalu unjuk tangan duluan. Ia ingin maju duluan karena memiliki keberanian tingkat pro, terlepas itu benar atau salah.
Sebenarnya, ini alamat baik. Apalagi jika siswa yang unjuk tangan tadi jawabannya langsung benar dan komplit, maka hampir selesailah pelajaran itu. Tapi, bukankah jadi tidak seru?
Pembelajaran jadi tidak seru karena sudah pasti siswa itu akan unjuk tangan duluan, jawab benar duluan, dan dapat bintang alias reward duluan. Kesan kemudian adalah, guru tadi jadi sosok pengajar yang main hati. Hmm
Karena guru tahu betul dengan tingkat kemampuan siswanya yang beragam itu, bijak kiranya jika guru memberikan kesempatan kepada siswa lain secara bergantian.
Terang saja, tidak semua siswa bisa selalu fokus dan mengerti makna pelajaran hingganya memanfaatkan siswa yang seperti ini bisa membuat pelajaran lebih menarik dan berkesan.