Dalam berbisnis, semua orang pasti mau segera sukses. Barang dagangan harus segera habis sesuai dengan targetnya. Tidak kenal dengan seperti apapun halang rintang, yang penting usaha sejalan dengan hasil.
Namun, ada juga usaha bisnis yang mengkhianati hasil. Sudah berpayah-payah menghias produk, ternyata tiada banyak yang membeli. Sudah bersusah-susah menyediakan banyak stok, ternyata penjualan juga tidak kunjung mencapai target. Kecewa, kah?
Seperti halnya barang dagangan, guru juga punya sesuatu yang bisa dijual. Eitss, bukan jual rumah atau jual diri, ya! Hohoho
Setiap guru maunya siswa segera mengerti, paham, dan kritis dengan segala materi pelajaran yang diberikan alias dijual. Guru maunya setiap target yang dibebankan kepada siswa selalu lebih dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Terang saja, jika banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM sedangkan baju guru sudah basah dengan keringat, agaknya perjuangan guru tidak berhasil dengan maksimal. Belum lagi dengan suara guru yang awalnya melengking, kini sudah berparau-parau akibat kelelahan.
Kalau kita kembali menatap bisnis, agaknya barang-barang dagangan yang tidak laku bisa jadi adalah tuah dari kurangnya kemampuan seseorang dalam menjual produk, alias Selling Skills. Barangnya mungkin bagus dan semua orang butuh. Tapi tanpa Selling Skills, barang jadi tidak laku.
Lihat saja para supir angkot yang berderet di pinggir jalan dan berkoar-koar tiada henti. Tujuan mereka adalah mengajak para penumpang agar bersedia mengisi bangku-bangku kosong di dalam angkotnya. Makin sedikit bangku kosong, maka makin laku produk jasa dan makin tinggi kesempatan untuk mencapai target penghasilan.
Kiranya guru juga demikian. Guru rela berkoar-koar di kelas hinggalah kehabisan suara hanya untuk menjual produknya yang bernama materi pelajaran. Guru akan berusaha semaksimal mungkin memikat hati para siswa agar mau memakai produknya.
Sayangnya, tidak semua siswa mau membeli berbagai materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Bahkan, mau guru suap sekalipun belum tentu seluruh siswa mau menelannya. Padahal semua materi pelajaran itu bagus dan berharga untuk masa depan siswa.
Dari sini, agaknya seorang guru masih kekurangan daya pikat. Untuk menjadi seseorang yang memikat, guru butuh Selling Skills guna memantapkan usahanya dalam menjual produk jasa yang bernama ilmu pengetahuan dan karakter.
Selling Skills adalah Kunci untuk Menjadi Guru yang Memikat
Apa itu Selling Skills?Â
Jika kita kembali mengacu pengertiannya dari sudut pandang bisnis, maka Selling Skills adalah kemampuan untuk menjual suatu produk, baik berbentuk barang maupun jasa.
Posisi Selling Skills sangat urgent karena maju dan stagnannnya bisnis tergantung pada kemampuan dalam menjual produk. Lagi-lagi percuma jika produk barang/jasa sangat bagus dan bermaslahat. Jika tak pandai-pandai menjualnya, produk tadi tidak akan laku.
Lalu, bagaimana dengan guru?
Bagi seorang guru, Selling Skills sangat penting untuk memikat para siswanya. Bukan sekadar agar siswa jatuh cinta dengan pelajaran (karena mudah), tapi juga jatuh cinta dengan kemampuan guru dalam menjual/menawarkan produk ilmu pengetahuan dan karakter.
Untuk itulah, setiap guru perlu mengasah Skills agar bisa segera memikat seluruh siswa. Caranya?
Pertama, identifikasi pembeli. Agar bisa jadi sosok yang memikat, seorang guru mesti mengindentifikasi dulu siapa pembeli alias siswanya.
Bagaimana karakternya, bagaimana cara menyentuh hatinya, apa-apa saja yang menjadi ketertarikannya, dan disesuaikan pula baik dari segi pengetahuan, keterampilan dasar maupun sisi finansialnya.
Terang saja, jika guru tidak paham dengan tingkat pengetahuan siswanya, maka produk yang ditawarkan guru hanya akan menghasilkan jawaban "Hahh, Hahh, maksudnya apa itu Pak!" alias ungkapan kebingungan dari para siswa.
Begitu juga dengan keterampilan dasar dan segi finansial siswa. Jika siswa hari ini baru bisa merangkak namun gurunya mau mengajak berlari, agaknya guru akan kelelahan menunggu siswanya.Â
Jika siswa hari ini baru mampu beli buku tulis namun guru paksa beli buku paket 5 buah, agaknya guru hanya akan menambah beban hidup siswa.
Kedua, pendekatan. Pembeli sudah terindentifikasi, maka sudah saatnya guru melakukan pendekatan. Eits, pendekatan kepada siswa ya, bukan kepada teman sesama guru yang masih brondong atau gadis! Hohoho
Pendekatan yang dilakukan guru sejatinya berorientasi pada sisi kebutuhan dan kepuasan siswa. Siswa butuh apa dari materi yang disampaikan. Siswa akan puas atau tidak dengan sekelumit materi. Dan, materi tersebut bisa berkesan atau tidak.
Hal-hal seperti ini penting untuk dirumuskan agar guru bisa mencari titik yang pas untuk menyentuh para siswanya. Jika siswa sudah tersentuh, mereka akan menaruh perhatian dan otomatis gurunya sudah berhasil memikat siswa.
Ketiga dan terpenting, kemampuan mengajar. Untuk bisa tampil memikat, guru mesti berusaha untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya.
Mulai dari mengasah komunikasi agar menjadi sosok guru yang komunikatif, menambah dan memunculkan metode mengajar baru agar semakin kreatif, hingga selalu belajar agar nantinya bisa mengajar dengan efektif.
Di sini, kedalaman ilmu seorang guru ibaratkan sebuah produk yang asli, bagus, dan menduduki posisi tertinggi di Market Value.
Akan percuma kiranya jika guru bisa mengajar dan memikat siswa, namun bahan ajarnya tidak berbobot. Di awal-awal mungkin asyik, tapi jika sudah ada salah satu siswa yang bertanya dan kemudian guru diam tanpa kata, akhirnya pembelajaran malah jadi tidak menarik.
Untuk itulah, seorang guru tetap perlu dan wajib belajar tentang banyak hal demi mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, komunikatif, efektif, menyenangkan dan bermaslahat.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H