"Mbak, Bang, Bro, Bung, minta nomor WA dong! "
"Mas, kakak, tolong kirimkan kontak dan alamat si A ya. Saya ada perlu!"
Berawal dari sebuah keperluan dan kepentingan akhirnya dua insan berteman. Karena desakan pekerjaan, seseorang bisa menjalin hubungan keakraban. Karena desakan administrasi, seseorang bisa memaksa dirinya untuk berkenalan dengan orang baru.
Selanjutnya, obrolan keperluan bisa berkembang menjadi kisah keluarga. Obrolan tips bisa berlanjut menjadi curhat tentang kehidupan. Begitu juga dengan obrolan-obrolan lainnya. Sekolah baru bisa mendapatkan teman baru, pekerjaan baru bisa mendatangkan teman baru, dan alamat baru bisa memperbanyak teman baru.
Mudahnya Merakit Sebuah Pertemanan
Pertemanan biasanya diawali dengan pertemuan. Akan segan kiranya menghubungi seseorang via maya jika tidak terdesak atau ada kepentingan mendadak. Kecuali kalau ada sisi kecantikan atau kegantengan yang lebih kali, ya? Hohoho
Dari pertemuan itulah akan ada cerminan bahwa seseorang hebat, ramah, cerdas, pintar, dan bisa membantu yang kemudian berakhir dengan nomor HP atau alamat.
Perkenalan yang awalnya hanya sekadar nama, jenis kelamin, pekerjaan, dan tempat tinggal bisa berlanjut pada kehidupan pribadi. Wajar, barangkali seperti itulah kiranya jalinan pertemanan. Syukur-syukur bisa berlanjut ke jalinan sahabat dan keluarga.
Ibaratkan sebuah perahu, merakit sebuah pertemanan hanyalah tinggal mencari kayu. Kayu sudah didapat, tinggallah membuat kerangka, dihaluskan, dan segera finishing. Kalau perlu, tambah beberapa helai layar dan tiang sebagai penopangnya. Setelah itu, jadilah perahu.
Perahu sudah siap, selanjutnya melakukan perjalanan alias berlayar. Mau dibawa ke mana tujuan pertemanan tergantung dari nahkoda.
1 minggu, 2 minggu, bahkan 1 bulan pelayaran akan terus berlanjut. Ada-ada saja topik bahasan awal untuk sekadar menyapa sebuah pertemanan. Hebatnya, kedua insan secara bergantian merespon.
Barangkali ucapan terima kasih setelah dibantu dan dipermudah urusan belum cukup untuk membalasnya, hingga jalinan komunikasi dan pertemuan tanpa putus menjadi bentuk penghargaan terbaik. Semudah itulah merakit sebuah pertemanan.
Tapi, 3 bulan kemudian apakah masih ada kabar? Jika tiada dalih yang berarti dari sebuah pertemuan tentulah kedua insan ini akan saling mengabari. Jika teman yang satu sedang sibuk, teman yang lain mengabari, menyemangati dan memberikan beberapa saran. Sebaliknya juga demikian.