Siswa lain mungkin asyik bermain karena mereka sudah lebih dulu sarapan di rumah. Tapi bagi siswa yang belum sarapan, ia selalu bawa bekal dan makan pada jam istirahat. Sebagian siswa makan, sebagian lainnya bermain.
Karena melihat teman yang asyik bermain, biasanya siswa yang membawa bekal akan menawarkan makanannya kepada temannya. Tidak tanggung-tanggung, tidak juga sekadar omong kosong, suap-suapan makanan seringkali terjadi.
Kadang, tiada peduli tangan siapa yang memegang lauk, tangan siapa yang menyerobot sendok, dan tangan siapa yang mengambil botol minum duluan, tetap saja semua senang dan girang.
Tiada keluh yang berarti, malahan mereka akan sedih jika makanannya tidak diseborot teman. Jangan-jangan teman tidak selera, jangan-jangan lauknya kurang menarik, dan jangan-jangan dia tak mau lagi berteman. Semua serba praduga dan khawatir akan memurahkan harga sebuah pertemanan.
Perihal jajan juga demikian. Apalagi jika anak SD membawa jajanan yang aneh-aneh dari rumah, maka akan senang sekali teman lainnya. Walaupun kadang masih ada juga yang pilih-pilih teman, sih!
Beda dengan dewasa ini. Teman yang satu makan, kadang makanlah sesukanya. Tidak ada tawaran dan ajakan makan. Jikapun ada ajakan, kadang besarlah gengsi daripada lapar.
Gengsi seakan sudah mengalahkan keroncongan perut, dan tawarannya dengan muka masam. Barangkali, agar tidak diminta oleh rekan. Hmmm
Kerja Sama agar Sama Menikmati
Namanya juga anak SD, mereka seakan tidak pernah kehabisan akal untuk menikmati kebahagiaan serta menciptakan kesenangan. Ide-ide itu kadang datang dari salah seorang teman, yang kemudian dianggap sebagai usulan luar biasa dan di ACC oleh semua teman satu SD.
Misalnya, membuat tempat duduk sederhana di bawah pohon. Kebetulan di belakang SD kami ada sedikit tanah lapang untuk tempat bermain siswa setiap jam istirahat. Tempatnya sejuk, karena diteduhkan oleh beberapa batang sawit.
Baru-baru ini siswa mulai sering sarapan dan makan di sana, karena tempatnya juga lebih bersih dan tak belukar. Sayangnya, belum ada satupun tempat duduk di sana hingga salah seorang siswa kelas IV yang bernama Revan mengajak temannya untuk mencari balok-balok bekas.
Teman-teman yang melihat Revan begitu peka dan segera mengambil inisiasi untuk ikut mencari balok, tanpa perintah, tanpa komando. Tiada keluh yang berarti, walaupun mereka sempat berkotor-kotor ria. Seberapalah penatnya tangan yang kotor jika dibandingkan dengan sejatinya sebuah pertemanan.