Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kami dan Kucing Kampung Sama-sama Makan Nasi

6 Januari 2020   21:16 Diperbarui: 6 Januari 2020   23:45 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kucing kampung. (Dokumentasi Pribadi)

Mengapa harus disebut kucing kampung?
Apakah karena sang pemilik kucing orang kampung?
Lalu, jika kucing kampungnya dibawa ke kota, apakah akan berganti nama jadi kucing kota?

Kadang ada labuhan kesal yang menyapa di saat ada orang membanding-bandingkan kucing kampung dengan kucing ras. Dari sini saja bisa dipilah mana sosok yang benar-benar pecinta dan penyayang kucing dengan orang yang sekadar suka kucing.

Yang selama ini memelihara kucing ras seperti Persia, Manx, Ragdoll, Munchkin, Angora, Himalaya serta jenis kucing ras lainnya mungkin sedang bangga dengan mahal dan berharganya kucing itu.

Tidak jarang, kucing-kucing kampung yang sejenak singgah (mungkin minta makan dan kesepian) dilemparinya. Entah pakai batu, pakai kayu, bahkan pakai kata-kata kotor sebagai bentuk ungkapan kekesalannya. Padahal, diberi ikan asin satu potong saja sudah cukup, bukan?

Yang saat ini memelihara kucing kampung sejatinya juga bisa berbangga diri. Kebanggaan yang adem adalah di saat kucing-kucing kampung yang selama ini liar terselamatkan oleh mereka, bahkan bisa berkembang biak dan mengamankan rumah.

Terang saja, jajanan dan makanan lezat di rumah adalah godaan yang nyata bagi cicak dan tikus. Keduanya senantiasa merajalela melewati tepian langit dan sudut-sudut rumah untuk sekadar mencicipi makanan di rumah kita.

Tapi jika ada kucing kampung, maka alamat tikus dan cicak akan segera pindah ke rumah tetangga. Dari bau kucing saja cicak dan tikus sudah takut, apalagi jika terlihat? Habislah!

Terlebih lagi jika di rumah belum ada kulkas, hanya ada lemari kayu pengisi sayur dan lauk. Jika tidak terjaga dengan rapat dan tiada kucing kampung di dalam rumah, bisa-bisa segera disantap oleh tikus. Namun, bisa juga kucing kampung yang menyantap lauk di lemari, baru setelah itu menyantap tikus. Hohoho

Makanan Kami dan Kucing Kampung Sama-sama Nasi

Ilustrasi kucing makan nasi. (Dokumentasi Pribadi)
Ilustrasi kucing makan nasi. (Dokumentasi Pribadi)
Ada kesederhanaan tersendiri saat menafkahi hobi sebagai pemelihara kucing kampung. Kita tidak perlu terlalu repot dengan makanan kucing karena sejatinya kucing kampung itu lebih mandiri.

Jika kucing kampung sedang happy dan butuh hiburan, mereka sering keluar rumah. Dugaan awalnya sih pacaran, tapi tiba-tiba saja kucing kampung itu bawa tikus, bawa jangkrik, bawa kadal, bawa anak ayam, bahkan bawa jagung rebus.

Uniknya, makanan-makanan itu ia bawa ke hadapan tuan kucing dan seakan-akan ingin menunjukkan kepada tuan kucing bahwa "ini loh hasil usaha saya", sembari mengeong di dekat tuannya. Mungkin kucing Anda juga demikian.

Selain itu, kami punya keyakinan bahwa kucing kampung itu ada dua jenis, yaitu kucing penangkap dan kucing pemalas. Untuk membedakannya cukup mudah, hanya tinggal melihat dua kaki depan kucing saat diangkat.

Ilustrasi kucing penangkap. (Dokumentasi Pribadi)
Ilustrasi kucing penangkap. (Dokumentasi Pribadi)

Jika kedua kaki kucing tadi agak bengkok ke bawah, maka kucing itu termasuk jenis penangkap. Tapi, jika kedua kaki kucing tadi lurus berarti kucing itu pemalas. 

Kucing penangkap biasanya sering keluar dan pulang bawa makanan, sedangkan kucing pemalas lebih sering tidur di rumah. Bahkan, saat ada tikus lewat pun kucing pemalas tetap nyenyak dalam tidurnya. Hmmm

Kebetulan kami punya 5 kucing dan semuanya termasuk jenis kucing penangkap. Biarpun sudah bergelar penangkap dan mandiri, kucing-kucing ini tetap kami beri makan 2-3 kali sehari. Makan apa?

Ya, makan nasi. Lauknya? Biasanya ikan teri dan ikan asin panggang. Jika keluarga sedang banyak uang, sering pula kucing diberi makan ikan laut. Entah mengapa kucing kami kurang suka makan ikan asin goreng, walaupun sudah dicampur dengan nasi. Apa mungkin kurang sambal kali, ya? Hmmm

Kadang-kadang, saat kami beli gorengan, mi ayam, bakso, sate dan jajanan cepat saji lainnya kucing-kucing ini akan senantiasa duduk bersama lesehan dengan kami di ruang keluarga. Jika itu gorengan, bagi kucing keraknya sudah cukup. Jika itu sate, bagi kucing kuahnya sudah cukup. Wah, pelit juga ya? Hihihi

Kucing Kampung Juga Biasa Diajari Bersih

Ilustrasi kucing kampung bersih. (Dokumentasi Pribadi)
Ilustrasi kucing kampung bersih. (Dokumentasi Pribadi)
Nyatanya kucing kampung tidak melulu suka berkotor-kotor ria. Apapun jenis kucing, tentu masing-masing dari mereka punya kecenderungan untuk menjaga kebersihan bulu dan badan.

Saat kucing mau buang air misalnya. Kucing kampung yang berada dalam masa imut biasanya  belum paham di mana mereka harus buang air. Sontak saja, jika sudah kebelet mereka tinggal cari sudut-sudut rumah yang agak saru dari pandangan mata dan meninggalkan "jejak" di sana.

Mengesalkan memang, tapi setelah ditelusuri ternyata tempat kucing buang air itu lumayan kotor sehingga jadi teguran bagi sang pemilik rumah. Mungkin selama ini jarang disapu, ada barang tak berguna yang bertumpuk, atau malah berlumut.

Namun, tidak selamanya kucing kampung buang air sembarangan. Kebiasaan mereka sesungguhnya bisa diatur dan mereka juga bisa dengan mudah mengubahnya. Seperti halnya yang dilakukan ibu saya.

Beliau tahu betul kapan kucing kampung yang masih dalam masa imut akan buang air kecil maupun besar. Dan ketika ada tanda-tanda kucing sudah kebelet (entah seperti apa cirinya), ibu saya segera memindahkan kucing ke samping rumah atau menyiapkan tanah dalam kardus sebagai tempat buang air.

Sekali, dua kali, dan tiga kali terus dilakukan akhirnya kucing tidak lagi mau buang kotoran di dalam rumah. Saat sudah kebelet, mereka akan keluar rumah dan mencari lahan untuk meninggalkan "jejak", sekalian dikubur tentunya. Uhh, sungguh kucing yang pemalu dengan kotoran.

Dari sinilah ada rasa yang mendalam bahwa memelihara kucing kampung itu menyenangkan. Dijadikan hobi pun bisa, karena selanjutnya hobi memelihara kucing kampung akan melembutkan hati dan meningkatkan rasa empati dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan.

Keberadaan kucing kampung juga bermanfaat dan bermaslahat bagi ketentraman hidup keluarga di dalam rumah. Di samping untuk mengamankan rumah dari hewan-hewan kotor, kucing kampung juga bisa menghibur semua anggota keluarga.

Tidak perlu biaya mahal untuk merawat kucing kampung, karena jika dinilai dari rupiah mereka sejatinya hampir tidak berharga. Jujur saja, siapa yang mau membeli kucing kampung walau dengan harga Rp.10.000? Yang membuang kucing kampung, banyak!

Terakhir, keberadaan kucing kampung di rumah tidak akan berpengaruh pada kondisi finansial dan mengerutnya dompet keluarga. Apa yang kita makan, mereka mau makan, dan jika punya selera lain kucing kampung bisa mencarinya sendiri.

Tidak perlu pula rasanya setiap minggu kita mencari Whiskas rasa Chicken, rasa Ocean Fish, rasa ikan tuna, apalagi jika kita sendiri di rumah lebih sering makan ikan asin. Setidaknya, hobi itu tidak menyengsarakan kita, dan sebaiknya hobi itu bermaslahat.

Salam Meong.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun