Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Teguh Pendirian Itu Berat, yang Ringan Itu Istirahat

4 Januari 2020   22:29 Diperbarui: 5 Januari 2020   13:16 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Punya kesulitan untuk memulai sesuatu yang baik?

Sebagian orang mungkin punya masalah untuk memulai sesuatu yang baik. Entah itu soal kebiasaan berlisan baik, bersikap baik, maupun soal peningkatan kualitas ibadah rasanya masih berujung pada keluh "Ah, nanti saja" dan "Tuh, orang lain saja seperti itu, kok!"

"Ah, nanti saja" dijadikan biang alasan dengan pengakuan bahwa diri ini masih muda, masih bebas, dan masih bisa terus berkembang. Awalnya benar, bahkan tanpa sanggahan. Tapi, bukankah kematian tidak kenal dengan yang namanya tua muda, kebebasan, serta urung berkembang?

Ujungnya, sanggahan-sanggahan tadi malah menuntut balik agar segera memulai sesuatu yang baik. Sudah siapkah? Mau tidak mau, paksa sedikit tidak apa-apa kali ya.

Kemudian soal "Tuh, orang lain saja seperti itu, kok!" sebenarnya ingin diberi umpan balik bahwa yang punya hidup siapa, yang menjalani siapa, dan yang mengurusi hidup siapa. Titik muaranya pasti diri sendiri. Lalu, mengapa harus berkaca pada orang lain?

Jika bertemu dengan teman yang sering berkaca dari orang lain atas perbuatan unfaedah yang ia kerjakan dan dijawab demikian, agaknya teman itu akan terdiam tanpa kata. Uppss, perenungan untuk segera memulai sesuatu yang baik.

Namun, pada perjalanannya ternyata orang yang sudah baik malah menghadapi ujian istiqomah (istikamah=KBBI) alias teguh pendirian untuk terus berkebaikan. Mungkin kemarin ia belum terbiasa, dan sifat-sifat buruk lama masih melekat sebagai kuman yang tidak hilang dengan sekali mandi.

Semisal, mau datang ke tempat kerja tepat waktu sekali dua kali tentu bisa. Tapi untuk selalu tepat waktu, mulai ada keberatan. Sesekali telat, sesekali pula alasan yang digumam. Alasannya menjemput anak, semalam begadang, di samping rumah sedang pesta, hingga kurang tidur gara-gara nonton bola.

Rekan kerja kiranya bisa menerima alasan apapun itu, ya walau nantinya mereka kembali berkeluh dalam gumam.

Hal lain juga demikian. Mau buat tugas sekolah tepat waktu, jadi tertunda karena deadline masih jauh. Mau ibadah juga, kadang lebih kuat bangun dini hari untuk sekadar nonton bola daripada bangun pagi untuk ibadah. Upps

Teguh Pendirian Memang Berat

Ilustrasi berat. (halodoc.com)
Ilustrasi berat. (halodoc.com)
Rumusan teguh pendirian itu berat agaknya layak digunakan untuk menghitung segala jenis soal kehidupan. Apalagi harapan atau jawaban dari soal itu adalah kebiasaan baik, maka kualitas diri akan benar-benar teruji.

Apakah tahan dengan timbunan kekesalan, apakah kuat melawan dorongan nafsu dunia, dan apakah mampu membiasakan diri dengan hal-hal bertajuk kebaikan semuanya akan melalui proses sebelum mendapat label Headline bernama Teguh Pendirian.

Berusaha datang kerja tepat waktu, pasti akan ada ujian berat baik itu alami maupun buatan. Hujan misalnya, walaupun alasan ini dianggap sudah basi tetap saja merupakan kewajaran yang tak tertolak. Jika hujan terus? Hmmm

Hal-hal serupa juga demikian. Apalagi jika perubahan diri ini berasal dari orang lain, karena pengaruh orang lain, serta indahnya kebaikan yang terlihat dari orang lain. Apakah itu pujian? Entahlah, mungkin sejenis rupa yang melahirkan kebanggaan.

Keteguhan diri yang semacam ini biasanya lebih cepat goyah karena tidak semata-mata lahir dari motivasi intrinsik dalam diri. Belum sempat ada kesan yang menempel di jiwa, eh sudah keduluan kabur bersama hilangnya pujian dan kebanggaan.

Makanya kata "berat" sungguh pas disematkan pada teguhnya pendirian seseorang. Terang saja, teguh pendirian bukan semata soal dewasa umur atau belum, soal menikah atau belum, ataupun soal berapa banyak strata yang dimakan.

Ini tentang proses kehidupan menjadi baik dan bagaimana membentuk kekuatan diri dalam menghalang hal-hal buruk untuk bertamu.

Yang Ringan Itu, Istirahat

Ilustrasi istirahat. (catlovers.id)
Ilustrasi istirahat. (catlovers.id)

Karena menjadi sosok yang istiqomah itu berat, maka yang ringan adalah istirahat atau lebih populer dengan istilah rebahan.

Lelah datang tepat waktu? Perpanjang istirahat dengan tambah masa tidur. Lelah mengerjakan tugas sekolah di awal-awal waktu? Perpanjang masa game-online sembari mendekati deadline. Lelah beribadah dan taat? Perpanjang masa gibah dan pamer ria.

Tapi, apakah seperti itu istirahat yang diinginkan?

Tidak terpungkiri kiranya, masa-masa seperti itu senantiasa datang dan menghampiri orang-orang yang mulai menata dirinya untuk terus berteguh pendirian.

Ada sikap buruk yang hanya lewat, ada sikap yang mampir sebentar, dan tidak menutup kemungkinan bahwa ada sikap yang tertinggal dan mulai lengket.

Sekilas, sikap-sikap bertajuk keburukan itu pasti tertolak oleh hati. Namun karena hati itu sendiri tidak berbentuk, jadinya diri ini sering goyah. Belum lagi dengan bisikan maut "istirahat saja sebentar, kamu kan sudah baik!" yang seakan-akan mengarah pada rasa cukup dan bangga.

Itu sungguh merusak, karena teguh pendirian sejatinya mengarah kepada perilaku rendah hati dan tiada pernah merasa cukup untuk berbuat baik. Istirahatnya hanya berupa kelegaan dan senyuman yang diperlihatkan oleh orang lain, adem.

Nyatanya hidup ini bukan untuk istirahat melainkan untuk berjuang. Berjuang untuk berbuat baik, menebar kebaikan, dan menjadi biang manfaat bagi semesta. Teman yang baik bisa menjadi penguat. Keluarga, kekasih hidup, dan diri sendiri pun bisa menjadi penopang teguh.

Terakhir dan terutama, kita perlu doa untuk memegang hati yang sering terbolak-balik ini.

"Ya Allah, Sang Pembolak-balik hati. Tetapkanlah hati kami untuk senantiasa taat kepada-Mu. " HR. Muslim

Capaian terbaik dari istiqomah adalah taat, karena semakin istiqomah seseorang (dalam kebaikan) semakin taatlah dia. Dan, perwujudan taat itu adalah tabiat yang baik dan perilaku yang rendah diri. Semoga kita termasuk orang-orang yang berteguh diri dalam kebaikan. Aamiin.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun