Kepercayaan akan melahirkan tawaran-tawaran amanah yang nantinya bisa jadi peluang untuk menggapai mimpi sendiri. Bekerjanya baik bahkan bagus, cerdas dalam menyelesaikan masalah serta tahan banting. Jika sudah demikian, bukankah akan ada tawaran untuk naik pangkat dan jabatan?
Tentu saja, peluang-peluang inilah yang bisa menjadi batu loncatan untuk menggapai mimpi sendiri. Lalu, bolehkah diambil?
Boleh saja, bahkan sangat boleh. Untuk apa harus takut mengemban amanah jika itu memang sesuai dengan bidang serta kemampuan diri. Bahkan ada lebih banyak orang mengambil amanah yang tidak sesuai dengan kemampuan dirinya. Hanya bermodal pencitraan dan uang.
Amanah seperti inilah yang mestinya ditakutkan. Terang saja, jika amanah yang diemban tidak sesuai dengan kemampuan dan kompetensi diri, bukankah hanya akan melahirkan khianat? Jika sudah khianat, akan ada pihak-pihak yang terzalimi. Boro-boro mau berkisah tentang mimpi, yang ada malah reputasi diri ini yang hancur. Belum lagi dengan azab di hari esok.
Jika amanah yang diemban sesuai dengan jerih payah, bidang, dan kemampuan diri seharusnya malah lebih mantap. Ide-ide yang lahir tentu akan lebih kreatif dan inovatif. Belajarnya pun enak, karena bekal kompetensi sudah mendarah-tulang.
Kalau peluang matang seperti ini segera ditolak, kapan lagi mau menggapai mimpi sendiri. Habis musim durian pun belum tentu kesempatan itu datang lagi. Adanya, malah mimpi orang lain yang tergapai dan orang lain yang makan durian. Hahaha
Terakhir, persoalan menggapai mimpi tidak lepas dari persaingan. Terang saja, jika semua dijadikan kepala sekolah siapa yang jadi gurunya. Jika semua jadi direktur dan manajer, siapa karyawannya. Dan jika semua dijadikan penjual gorengan, siapa pembelinya. Yang ada, nanti kepala sekolah dan direktur ikut-ikutan digoreng. Hahaha
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H