Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ingin Menggapai Mimpi Sendiri atau Mimpi Orang Lain?

1 Januari 2020   13:47 Diperbarui: 1 Januari 2020   19:26 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi yang tadinya penjual gorengan, cicipnya sudah cukup dengan menjadi penjual gorengan biasa. Selama gorengannya masih ada pempek bulat dan isi, ada tahu dan tempe, risoles, goreng pisang dan ubi ungu rasanya sudah cukup. Pembeli pun senang.

Nyaman memang, tapi sadarkah kita? Di saat diri ini merasa cukup dan membatasi mimpi, kadang-kadang begitu ingin membandingkan diri dengan orang lain yang sudah keduluan menggapai mimpinya.

Enak ya, dia sudah jadi kepala sekolah, dulu kami satu kelas loh!
Bahagianya ia jadi kepala dinas. Pasti besar tuh gajinya. Jadi selera aku!
Wah, hebat ya dia sekarang sudah jadi direktur. Sudah punya rumah mewah pula. Hmm, aku tidak apa-apalah, seperti ini saja. Karyawan biasa pun sudah cukup!

Iri rasanya. Pasti ada gejolak hati yang berbisik "Kenapa aku tidak seperti dia, ya" yang cepat-cepat disingkirkan dari peredaran pikiran. Mau bagaimana lagi, usaha mereka yang tidak merasa cukup tentu lebih. Optimisnya juga lebih, dan mimpinya bukan sekadar bunga tidur, melainkan bunga kehidupan.

Mencukupkan diri, Sama Halnya dengan Menggapai Mimpi Orang Lain

Tanpa disadari, sikap merasa cukup dengan keadaan hari ini sama halnya dengan menggapai mimpi orang lain. Kerja bagus, masuk kerja terus, dan tidak pernah membuat masalah di tempat kerja. Siapa yang senang? Diri sendiri pasti senang, tapi bukankah lebih senang atasannya?

Tentu saja. Kinerja yang baik bahkan hebat dari seorang guru akan menghebatkan nama kepala sekolahnya. Kinerja yang mantap dari seorang karyawan akan menaikkan reputasi manager serta direkturnya. Cukupkah diri ini menjadi sosok yang "biasa-biasa" saja?

Perlu ditekankan di sini bahwa merasa cukup bukan berarti tidak bersyukur. Bersyukur dengan apa yang didapat hari ini adalah wajib, tapi merasa cukup terhadap apa yang diperbuat hari ini tanpa ada niat untuk lebih baik bukanlah makna dari syukur yang sesungguhnya.

Terang saja, jika tidak ada rasa ingin lebih baik dari hari ini apa gunanya hidup. Cukup hari ini, belum tentu cukup di hari esok. Orang bisa terus lebih dan lebih baik dari hari ini dengan cara bersyukur dan terus keluar dari zona nyaman serta menjemput kesukaran hidup.

Pohon saja yang tumbuhnya terhalang oleh batu, akan berbelok mencari gang lain. jika pohon tidak berbelok, ia tidak akan bertumbuh melainkan membusuk dan mati. Jika pohon itu mati, malahan menjadi pupuk bagi pohon sebelahnya untuk menggapai mimpi bertumbuh, berbunga, berbuah, dan berbiji.

Amanah adalah Peluang Menggapai Mimpi Sendiri

(itprotoday.com)
(itprotoday.com)
Sebenarnya, untuk apa bekerja mati-matian, kerajinan, dan tanpa celah? Tentu saja tidak sekadar untuk dapat gaji melainkan juga kepercayaan. Baik itu kepercayaan rekan kerja maupun pimpinan, sungguh sama pentingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun