Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Resolusi 2020 dan Pengalaman Menulis Tanpa Sinyal

31 Desember 2019   08:57 Diperbarui: 31 Desember 2019   08:52 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir tahun sudah menjelang, tapi resolusi untuk tahun depan tak kunjung singgah. Apa ya? Ahh, sepertinya godaan menikah pada tanggal cantik 20-02-2020 semakin membahana. Upps,  entah sampai atau tidak umur ini.

Bukannya tidak mau, tapi saya cenderung tidak berani menetapkan resolusi nikah. Singkatnya, jika jodoh telah siap dijemput dan saya punya bekal yang cukup, maka akan disegerakan. Jika belum? Apa boleh buat. Takdir mubram bukan soal pilihan kita, tapi pilihan Tuhan.

Terang saja, sudah berapa banyak teman yang saya temui begitu kegilaan mengejar nikah. Dekat dengan ini, tiba-tiba esok menjauh. Dekat dengan itu, akad sudah menjelang, eh tiada restu dan jalannya begitu terjal. Terus seperti itu. Bacanya saja begitu menjengkelkan!

Terus membayangkan nikah, nikah dan nikah, jangan-jangan nanti umurnya kelewatan? Biarlah, karena sejatinya umur menikah tidak ada bilangannya. Pemerintah boleh saja menetapkan umur cocok menikah. Mau 19 tahun, 23 tahun, atau bahkan 25 tahun terserah. Bukan soal cocok atau tidak cocok, tapi masalah takdir, sudah tiba waktu akad atau belum.

Atau, tanggal tadi kurang cantik. Ya, tiba-tiba saja teman saya Mas Septian mengusulkan nikah tanggal 29 Februari 2020. Cantik bukan? Ya, perayaan ulang tahun pernikahannya lebih hemat, karena tanggal 29 Februari hanya muncul setiap 4 tahun sekali. Ah, ribet kali! Kalau esok sudah berjodoh, ya esok saja. Cukup

Tampaknya, Resolusi dan Takdir Itu Berjalan Beriringan

Ada rasa yang berbeda bertajuk keyakinan bahwa resolusi itu sejalan dengan takdir. Singkatnya, mengelak takdir berarti menjauhkan diri dari ketercapaian terhadap resolusi.

Perjalanan hidup saya di tahun 2017-2018 seakan menandakan bahwa melawan takdir itu begitu sulit dan amat menyakitkan.

Kesakitan ini bermula sejak bulan Januari-Agustus 2017, saat saya banting setang untuk bekerja di luar profesi. Tamatan sarjana pendidikan tapi bekerja sebagai kontraktor di salah satu PT di Riau. Alasannya sederhana, yaitu ingin cepat dapat uang. Walaupun ngepet akan lebih cepat! Hahaha

Hari pertama bekerja, badan langsung tepar. Terang saja, 6 jam bekerja fisik di pabrik begitu melelahkan. Namun, rekan-rekan kerja begitu antusias karena sifat saya yang humoris. Padahal pendiam. Hmmm

Dua bulan bekerja, hati begitu senang melihat slip gaji. Lumayanlah, dibandingkan kerja sebagai guru honorer. Tapi anehnya, sebanyak itu gaji sebanyak itu pula uang habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun