Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Hati-Hati di Jalan Ya!", Berapa Banyak Petugas Parkir yang Sanggup Mengucapkannya?

20 November 2019   16:14 Diperbarui: 20 November 2019   16:23 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Petugas Parkir. (Sumber: www.rmoljabar.com)

 Sore ini begitu mengesankan, walau sejatinya tidak ada yang spesial. Saya begitu tersentuh setelah bertemu dengan sosok petugas parkir di pasar tradisional. Bukan karena postur tubuh yang kekar atau pun kegantengan yang mempesona, melainkan tutur katanya yang begitu dalam.

Sepulang kerja, saya menyempatkan diri pergi ke pasar tradisional di Curup untuk membeli semir sepatu warna hitam. Darinya, singgahlah saya di toko ATK dan memarkirkan motor di dekat toko tersebut.

Saya tidak terlalu peduli dengan ada atau tidaknya petugas parkir, yang penting motor terparkir rapi. Setelah membeli semir, saya segera kembali ke parkiran dan bergegas pulang. Saya pun melihat petugas parkir agak gemuk dengan setelan jaket kulit dan topi yang segera menghampiri.

Saya ingat dengan jelas bahwa beliau tersenyum seraya berkata:

"Terima kasih. Hati-hati di jalan ya Pak!"

Rasanya sudah begitu lama saya tidak mendengar kalimat seindah ini dari seorang petugas parkir. Kata-kata ini lebih sering terdengar dari murid-murid SD dan SMP yang pernah saya ajar di hari kemarin.

Mungkin karena para petugas parkir di pasar tradisional sudah banyak yang berubah kali ya?

Petugas Parkir Bermuka Masam, Bermuka Cuek

Kebanyakan petugas parkir yang saya temui di pasar-pasar tradisional kurang begitu acuh. Sebagian darinya malah tidak mau senyum walaupun sedikit. Entah apa yang merasuki mulut mereka hingga bibir itu terus saja merengut.

Bahkan setelah kita bayar pun muka mereka masih saja masam dan cemberut. Mirisnya, beberapa dari petugas parkir seakan tidak punya hati hingga tega membiarkan Emak-Emak mendorong motornya sendiri untuk keluar dari area parkir.

Lebih dari itu, pernah pula terlihat ada pengendara motor lain yang dengan ikhlas membantu Emak-Emak untuk mengeluarkan motor dari area parkir. Beruntung masih ada petugas parkir tanpa jasa di dunia ini.

Belum selesai, ada yang lebih sakit lagi dari ini. Saat pengendara motor atau mobil sudah kerepotan mengeluarkan dan memutar arah kendaraannya ke jalan raya, tiba-tiba saja ada petugas parkir yang berteriak mendekati.

Kesal sekali agaknya, sudah bersusah payah mengeluarkan kendaraan hingga berkeringat sendiri, eh dia datang hanya untuk meminta upah. Padahal awalnya kita sudah melihat kanan-kiri dan berharap ada petugas parkir di dekat kita, tapi nyatanya tak tampak.

Sedih rasanya jika melihat petugas parkir yang tak menjunjung tinggi etika pelayanan. Masa iya mereka hanya duduk cantik di ujung jalan keluar area parkir, sembari menghadang dan meniupkan peluit. "Prit...Priiiit!", dan setelah itu ia segera meminta uang dua-lima ribuan.

Apakah ini karena nominal biaya parkir yang tidak seberapa?

Rasanya pasar tradisional selalu ramai setiap harinya. Jika para petugas parkirnya rajin dan mau kerja keras, ratusan kendaraan bisa mereka layani. Itu pendapatan tiap hari, dan sudah banyak sekali cerita para petugas parkir yang anaknya sarjana dan sukses.

Petugas Parkir Beretika, Pengendara pun Rela

Akan tiada berguna rezeki petugas parkir jika para pengendara tidak ikhlas memberikannya. Biar hanya dua ribuan sekalipun, tetap saja itu adalah sebagian kecil rezeki yang jika dikumpulkan akan menjadi bukit.

Jika pengendara dilayani dengan baik, mereka akan merasa sangat tertolong dan tidak bosan untuk parkir di tempat yang sama. Jika petugas parkir memiliki etika luhur, para pengendara akan sangat menghargai bahkan takzim dengannya.

Sayangnya, hanya segelintir petugas parkir yang mau meninggikan etika dan pelayanan kepada para pengendara. Terlebih lagi sekadar untuk mengucapkan "hati-hati di jalan", rasanya begitu berat dan begitu malu.

Padahal, dari kerelaan dan keikhlasan para pengendaralah sejatinya rezeki mereka bisa bertambah.

Untuk membiasakan perilaku ini, petugas parkir tak perlu harus baca modul bahkan kursus mata pelajaran etika dan pelayanan publik. Mereka hanya perlu menghargai pekerjaan, karena sungguh profesi petugas parkir lebih mulia daripada harus mencuri atau korupsi.

Jangan kalah dengan anak-anak SD yang terus melakukan senyum sapa salam di setiap harinya. Anak SD tidak dibayar, tapi mereka sangat bisa menumbuhkan kerelaan di hati para guru.

Petugas parkir semestinya juga demikian. Senyum dan ucapan "hati-hati di jalan" merupakan hak para pengendara. Jika pengendara sudah mendapat haknya, mereka tentu rela membayar. Jangan malah hanya menuntut kewajiban hingga abai terhadap hak. Ini sesungguhnya krusial karena akan berpengaruh kepada kehidupan.

Masa iya, gara-gara petugas parkir kita harus selalu ngomel dan tidak enak hati dalam berkendara!

Harapannya, semoga saja semakin banyak petugas parkir yang beradab di negeri ini. Berat rasanya menjalani hidup sebagai pengendara jika tak ada hal-hal baik dan berkesan saat singgah.

Pasar tradisional sejatinya tidak akan pernah kesepian, malahan bisa lebih ramai jika petugas parkirnya ramah dan mau melayani. Sekadar tersenyum dan mendengar ucapan "hati-hati di jalan". Sanggupkah?

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun