Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Benarkah Anak Polos Tidak Tahu Apa-apa?

6 November 2019   17:57 Diperbarui: 8 November 2019   08:02 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polos Sejatinya Mengarah Kepada Keserderhanaan

Sejatinya tidak ada yang salah dari sikap polos. Bukan berarti orang yang polos itu lemah, bego, serta tidak tahu apa-apa. Kita berangkat dari pengertian polos via KBBI yang berarti sangat sederhana, apa adanya, jujur, serta tidak bermaksud jahat.

Meskipun pengertian polos sejatinya mirip dengan lugu, namun bukan berarti orang-orang yang polos sudah berarti lugu. Banyak pula orang-orang polos yang bertindak lebih dari batas kewajaran (dalam arti positif), dan ada pula orang-orang lugu yang sebenarnya memang tidak tahu apa-apa.

Memang ujung kesimpulannya adalah kewajaran. Namun perlu kita pertimbangkan kewajaran ini berangkat dari ketidaktahuan atau memang mau menjunjung tinggi etika publik? 

Darinya muncul sebuah konsep bahwa sikap polos tidaklah melulu tentang kenegatifan. Yang negatif adalah terlalu polos atau pura-pura polos.

Kita tidak bisa melanggar fakta bahwa orang-orang yang jujur dicintai semua orang, dan jujur itu juga merupakan bagian dari kepolosan. Tapi akan bahaya jika ada orang yang berpura-pura jujur atau malah melakukan kebohongan besar namun berdalih dirinya polos. Toh akhirnya itu adalah pengrusakan.

Orang-orang seperti inilah yang menyalahkan makna dan hakikat dari polos itu sendiri. Keberadaan mereka yang memanfaatkan sikap polos sebagai benteng kemunafikan perlahan akan menghancurkan negeri ini.

Sang pencuri uang triliunan dengan polos mengakui dirinya sebagai koruptor seraya tersenyum. Sang pemerkosa yang sok polos dengan mengakui dirinya khilaf berbuat tindakan asusila. Hingga sang dukun yang pura-pura lugu mengaku dirinya dikuasai jin.

Apakah seperti ini kepolosan yang ingin kita bina? Rasanya tidak ada sama sekali tanda-tanda perilaku di atas yang mengarah kepada kesederhanaan, kejujuran, serta apa adanya. Semua terpengaruh nafsu akal, harta, kedudukan, serta pemanfaatan ilmu yang salah.

Rasanya seseorang yang polos lebih tahu dan paham daripada mereka yang berorasi menunjukkan keahliannya dan tak mau kalah soal debat kusir.

Kepolosan secara positif menandakan bahwa seseorang bisa menempatkan dirinya di tempat yang benar. Mereka juga lebih peka dengan etika publik sehingga mengurangi pembicaraan yang sia-sia, apalagi jika harus mengusik soal privasi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun