Lalu, bagaimana jika guru SD tidak melengkapi administrasi pembelajaran? Pasti langsung dicap tidak profesional, bahkan gaji sertifikasinya macet. Jahat bukan? Mau tidak mau ya harus seperti itu, karena memang penilaian kerjanya demikian.
Kalau dibandingkan dengan anak SMP atau anak SMA, mereka cenderung lebih irit. Karena tingkat kelas SMP maupun SMA hanyalah 3, dan masing-masing tingkat biasanya memiliki banyak rombel. Makin banyak rombel, makin sedikit perangkat pembelajaran yang harus disiapkan.
Misalnya guru SMP kelas 7. Mau berapapun banyak rombelnya, guru SMP tetap hanya menyiapkan perangkat dan administrasi pembelajaran untuk tingkat kelas 7 saja, walaupun mereka bertindak sebagai wali kelas.Â
Beda dengan wali kelas SD. Wali kelas SD biasanya mengajar semua mata pelajaran kecuali agama, seni budaya,muatan lokal, dan penjaskes. Dalam satu tahun, guru SD biasanya mesti mengajar hingga 9 tema pelajaran.
Pernah saya coba print RPP dengan 1 tema, itu sudah menghabiskan 200-300 lembar kertas. Bayangkan jika 9 tema!
Waktu Efektif Mengajar Habis untuk Membuat Perangkat Pembelajaran Saja!
Rasanya, 1-2 bulan pertama di awal semester guru SD lebih banyak berhadapan dengan laptop dan rekan kerja daripada bersua siswa. Terang saja, awal bulan adalah fase kritis yang menentukan profesionalisme seorang guru.
Pengawas akan berkunjung ke sekolah dan menemui guru untuk menagih perangkat pembelajaran. Meskipun pengawas guru hanya melihat sampel dari perangkat pembelajaran, namun guru tetap harus menyiapkan administrasi ini minimal untuk satu semester ke depan.
Sebelum itu, pengawas biasanya berkoordinasi dengan guru terkait atau menghubungi kepala sekolah terlebih dahulu sebelum mereka berkunjung ke sekolah. Mungkin pengawas akan memberi kabar 2-7 hari sebelum kedatangan.
Walau demikian, ada pula pengawas yang "killer" dan datang secara tiba-tiba ke sekolah. Biasa ini terjadi pada sekolah-sekolah model, terpandang dan berada dipusat kota. Tentu saja guru-guru agak khawatir.
Akhirnya, guru akan menyibukkan dirinya untuk segera membuat perangkat pembelajaran. Sebenarnya bisa saja guru membuat perangkat pembelajaran sekadarnya saja. Tapi mereka segan dengan kepala sekolah dan pengawas guru.