Masa-masa awal tamat sekolah merupakan masa antagonistis bagi banyak orang. Pikiran-pikiran dalam akal seakan berkelahi dan berdebat berkepanjangan, antara mau tetap santai menikmati masa muda atau mau segera bersusah payah.
Secara logis, kesimpulan-kesimpulan yang datang di meja khayal masih berujung dengan perdebatan dalam pikiran. Jika terlalu lama menikmati masa muda nanti suksesnya lama, tapi jika masih muda sudah bersusah payah, kapan lagi bisa menikmati masa-masa muda yang singkat itu.
Merantau, Pilihan Untuk Sukses
Entah itu tamatan SMA, SMK, STM, D3 bahkan S1, masing-masing dari mereka mulai suntuk berhadapan dengan kenyataan. Sebagiannya kadang sudah terlalu pusing untuk bercengkramah dengan sekolah, dan sebagiannya lagi tidak punya dana untuk melanjutkan pendidikan.Â
Dari sanalah muncul niat yang besar untuk segera mencari pekerjaan.
Namun, lagi-lagi mencari kerja saat ini sangatlah sulit. Apalagi dengan modal kompetensi diri yang pas-pasan, berasal dari keluarga yang pas-pasan, dan tidak ada "orang dalam".Â
Terlebih lagi, sebelumnya mereka hanyalah lulusan sekolah maupun perguruan tinggi lokal. Boro-boro mau dapat tawaran kerja, dilirik saja mujur.
Akhirnya, banyak dari mereka yang memilih untuk merantau dan mencari peruntungan hidup di tanah orang. Berbekal dari cerita orang atau kenalan saudara yang sudah sukses di luar kota, mereka pun nekat meninggalkan kebahagiaan yang selama ini sudah mereka dapat di dalam keluarga.
Mulailah mereka mengemas pakaian kemudian beli tiket bus sembari meminta doa dan dukungan keluarga, kerabat, serta tetangga. Jarang ada dari mereka yang merantau naik pesawat, ya mungkin kurang ada manis-manisnya. Hehe.
Mendingan Ngekos?
Agaknya ini cukup dilematis. Bagi mereka yang ngebet ingin merantau tapi tidak punya saudara di tanah rantau lebih memilih untuk ngekos. Walau mereka belum merasakan pahitnya kehidupan anak kos, tapi pertanyaan hati saat itu hanya berputar di "mau atau tidak mau".