Pelaporan ini setidaknya kembali menegaskan kita, terutama netizen agar tidak semena-mena melepas nila di belanga kedamaian. Apalagi jika itu adalah berita hoaxs bertabur kebencian terhadap seseorang, sungguh akan melahirkan amis keributan.
Tapi kita sedih, karena bau amis nila itu akan terus tercium hingga beberapa hari ke depan. Lebih lanjut, amis ini akan merusak kedamaian negeri. Ya, walaupun negeri ini belum pernah menunjukkan tanda-tanda kedamaian, tetap saja jangan buat negeri ini tambah pelik.
Jangan Lagi Menabur "Ikan Nila" di Belanga Rakyat
Bagaimana jika satu kolam isinya "ikan nila" semua?
Jika kita punya satu kolam yang isinya penuh dengan nila, maka kayalah kita. Bisa jadi budidaya nila akan menjadi opsi pekerjaan utama dan menggusur pekerjaan yang kita geluti hari ini. Bahkan, karena suksesnya kita dengan kolam nila, kita tak perlu lagi bekerja melainkan hanya tinggal duduk manis menanti hasil.
Tapi lagi-lagi, kita tidak bisa menabur nila di kolam orang lain, terlebih lagi itu adalah kolam warga Indonesia. Jika nila itu baik sungguh tak masalah. Hanya saja, nila yang ditegaskan pada peribahasa selama ini adalah sebuah keburukan yang bisa merusak diri sendiri, bahkan ketentraman umat.
Sayangnya, amis yang sudah tersebar di publik beberapa hari ini telah menghilangkan lezatnya aroma nila itu sendiri. Hanum yang selama ini beraroma pengabdi (dokter) akan semakin tertutup oleh amis yang ia buat sendiri. Uniknya, amis itu akan bertahan lama dalam ingatan warga Indonesia.
Jujur, jika saja kemarin ia menabur nila hanya di dalam belanga-nya sendiri (kepala/ingatan), tidak akan sampai segila ini orang-orang menerbitkan namanya. Tapi lagi-lagi apalah daya yang tersalah. Walau Hanum sendiri sudah mengklarifikasinya dengan berdalih "terhapus", tidak kunjung segera mengembalikan senyum para netizen yang sudah terlanjur luput.
Cukuplah satu nila saja yang pernah ada di kolam netizen. Akan hancur negeri ini jika sampai ada satu kolam nila yang disebarkan. Hingganya, tersingkap pulalah aib negeri ini.
Sebenarnya kita termasuk golongan orang-orang beruntung karena aib kita ditutup oleh Tuhan. Entah aib itu adalah perbuatan masa lalu ataupun perbuatan kita kemarin sore, jarang dari aib itu yang diviralkan orang lain, kecuali jika Tuhan yang berkehendak.
Maka darinya, tak perlulah kita membuka aib orang yang sejatinya sudah Tuhan tutupi. Jika itu adalah kezaliman yang menganga, maka Tuhan sendiri yang akan menyingkapnya dan menampakkannya di hadapan kita semua, lengkap dengan bukti-bukti empirisnya.