Ada lagi di Bekasi, lagi-lagi dengan kasus yang sama. Adalah Wawan Gim, seorang pemuda yang sudah kecanduan akut bermain game di smartphone. Pemberitaan Wawan bahkan begitu viral dan sempat dimuat di kanal Youtube DAAI TV pada bulan Juli 2019 lalu.
Wawan yang akhirnya menjalani rehabilitasi di rumah sakit jiwa ini menunjukkan perilaku aneh dan kadang tidak sadar. Bahkan, walaupun smartphone sudah lepas dari tangannya, jari-jarinya tetap saja bergerak layaknya orang yang sedang bermain game.
Dua contoh perilaku menyimpang di atas kiranya hanya sekadar gangguan mental yang sejatinya dapat diatasi. Namun, ada lagi kejadian pelik seorang bocah berumur 7 tahun tewas sambil memeluk HP.
Kejadian tragis ini terjadi di NTT bulan maret 2019 kemarin. Berawal dari main game, si bocah yang memegang HP sambil mengecas lalu ditinggal ke ladang oleh neneknya. Namun, ketika neneknya kembali ke rumah, si bocah sudah dalam kondisi kedua tangan terbakar, tersengat listrik dan kemudian meninggal.
Kita begitu sedih membaca kisah-kisah nyata seperti ini. Kisah yang merupakan akibat dari keteledoran dan kelalaian orangtua, hingganya mengakibatkan anak-anak yang tidak tahu apa-apa menjadi tersakiti, terluka, bahkan kecelakaan.
Fakta-fakta di atas hanyalah sebagian kecilnya saja, dan itu hanyalah kisah-kisah yang sudah terjamah dengan televisi dan Mbah Google. Bisa jadi sudah begitu banyak kasus yang sama, namun disembunyikan oleh orangtua dengan alasan karena mereka terlalu "sayang anak".
Agaknya, akan macet kehidupan masa kecil jika anak-anak sudah menganggap bahwa smartphone adalah teman baiknya. Bahkan, banyak anak sudah menjadikan smartphone sebagai makanan sehari-hari dan sesuatu yang menyenangkan hatinya.
penelitian menemukan adanya perubahan fungsional dan struktural dalam sistem reward saraf.
Lebih lanjut, menurut para ahli kecanduan game online dapat menimbulkan gangguan atau masalah kesehatan tertentu. Pada orang pecandu game,Perubahan, atau lebih tepatnya penyimpangan fungsi saraf akan mengakibatkan gangguan terhadap perasaan senang, gangguan pembelajaran, dan perubahan motivasi anak. Takutnya, anak akan salah paham tentang sebuah kesenangan, dan anak juga akan mudah sekali kehilangan motivasi.
Bahkan, seringkali saya mendengar anak-anak mengumpat, mencaci, dan berkata-kata kotor saat bermain game bersama teman-temannya. Mirisnya, ungkapan-ungkapan itu malah biasa bagi mereka. Malahan mereka saling berbalas umpatan via game. Sungguh, ini sangatlah merusak.
Orangtua Jangan Terlalu Sering Suap Anak Dengan Smartphone