Dari mulai dibelikan pulsa, diajak makan, diajak nonton bioskop, sesekali shopping, hingga terus-menerus telponan. Hidup seakan milik berdua, penuh cinta, dan dunia ibaratkan hanya sekecil daun cabai keriting karena keseringan berjumpa.
Padahal si wanita tidak pernah tahu dari mana pacarnya dapat uang untuk beli pulsa, shopping, nonton, dan seterusnya. Dan ketika ketahuan, akhirnya? Kita putus! Huhu. Langsung saja satu desa, bahkan satu kecamatan terkena banjir bandang karena air mata cinta!
Dan mirisnya, perilaku-perilaku baik beserta bungkusan anu ini seringkali berakhir dengan permusuhan. Walau dianggap baik, tapi jika semuanya berawal dari kebohongan dan terus dalam kebohongan maka akan berakhir tragis.
Begitu pula dengan pekerjaan. Penyimpangan berbuat baik seperti pencitraan, memandang derajat dalam kerja, serta ingin di anggap orang lain kaya seringkali berakhir dengan perselisihan dan permusuhan. Padahal semuanya akan lebih mudah dengan sebuah pengakuan. Â Â Â Â Â Â
Berbuat Baiklah Untuk Diri Kita Sendiri
Jika perbuatan baik sudah penuh dengan "anu-anu", lalu yang sakit siapa? Agaknya, diri sendiri akan sakit dan orang lain ikut-ikutan kecewa, bahkan juga tersakiti. Padahal awalnya baik, pengertiannya baik, paradigma dan persepsi orang juga baik. Tapi gara-gara "anu", pengertian baik terus-menerus timpang dan menemui arah yang salah.
Untuk meluruskan pengertian berbuat baik, maka kita hanya perlu berbuat baik untuk diri kita sendiri. Bukan untuk si anu, dan bukan karena ada anu-anunya. Jujur saja, semua kembali kepada diri kita masing-masing.
Ketika itu adalah perbuatan baik yang tulus, maka kebaikanlah yang akan bertamu kepada kita. Namun ketika itu adalah perbuatan buruk, maka keburukanlah yang akan menginap bersama kita.
Tulus kita berbuat baik, maka tulus pula pujian yang akan datang, begitupun dengan cinta. Tulus kita bekerja, maka uang-uang dan rezeki juga akan datang bersama ketulusan itu. Untuk itu, mari bersama kita gapai hakikat dari kebaikan.
Salam.