Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Stop Sementara Tayangan P3H, KPI Mulai Sehat atau Masih Sayang?

8 Oktober 2019   01:27 Diperbarui: 9 Oktober 2019   03:35 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pengawasan penyiaran. (sumber: shutterstock)

Tepat pada hari Senin, 07 Oktober 2019 KPI kembali menampakkan tajinya. Melalui situs resminya, KPI memutuskan untuk menghentikan tayangan P3H alias "Pagi-Pagi Pasti Happy" karena sudah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Progam Siaran (P3SPS).

Acara P3H yang sejatinya sering tayang di Trans 7 ini sebelumnya sudah menerima surat teguran pertama dan kedua yang membuatnya layak untuk dihentikan selama 5 hari sejak berita ini diputuskan. Tapi kok sementara?

Terang saja, acara P3H yang bertajuk Variety Show ini hanya berkoar-koar tentang umpatan, gunjingan, cacian, omong kosong, candaan berlebihan, hingga umbar-umbar aib. Yang lebih mengganggu, P3H sebelumnya selalu tayang di pagi hari dari hari senin-jumat.

Lebih lanjut, ada 6 moment di mana P3H dianggap melakukan pelanggaran, yaitu:

  • Tanggal 26 Juli 2019 karena menampilkan muatan perseteruan antara Vicky Prasetyo dengan Angel Lelga.
  • Tanggal 13 Agustus 2019 menampilkan muatan perseteruan antara Nikita Mirzani dengan Barbie Kumalasari.
  • Tanggal 15 Agustus 2019 menampilkan rekaman video proses pemeriksaan seorang pria yang menjadi tersangka percobaan perkosaan.
  • Tanggal 23 Agustus 2019 mulai acara ini membahas kehidupan Elly Sugigi dengan mantan suaminya an. Aldo.
  • Tanggal 24 Agustus 2019, bahasan serupa soal kehidupan Elly Sugigi dan mantan suaminya diulang kembali.
  • Tanggal 26 Agustus 2019, KPI Pusat mendapati tampilan muatan perseteruan antara Tessa Mariska dengan Nikita Mirzani.

Dari rincian tayangan-tayangan di atas, sama sekali tak ditemukan satupun tayangan yang berfaedah. Perseteruan? Rasanya lebih baik kita menonton serial laga zaman pra-milenial seperti Angling Dharma atau Wiro Sableng.

Pemeriksaan percobaan pemerkosaan? Dua episode tentang kisah pribadi artis? Jujur saja, rasanya penikmat televisi tidak kepo-kepo amat dengan privasi artis. Bahkan malah berpikir masa bodoh, illfeel, dan muak mendengarnya.

KPI Masih sayang P3H

Agaknya, penghentian sementara tayangan P3H selama 5 hari di televisi semakin menegaskan bahwa KPI masih sayang dengan P3H. Bagaimana tidak, pada November tahun 2018 KPI juga telah memberikan sanksi berupa penghentian sementara tayangan P3H selama 3 hari.

Dan di tahun itu pula akun instagram KPI diserbu oleh para netizen yang kecewa karena sanksi yang diberikan KPI terkesan tak berarti. Walau demikian banyak keluhan waktu itu, KPI tetap berdalih bahwa mereka tak punya kuasa untuk membungkus acara P3H secara permanen.

Dan sekarang, sanksi yang diberikan kepada tayangan P3H hanya 2 hari lebih banyak daripada tahun 2018. Lalu, siapa yang bersalah? Atau siapa yang tertuduh salah?

Lagi-lagi kita tidak bisa menimpa semua kesalahan kepada para artis atau bintang tamu yang hadir di acara P3H. Walaupun sejatinya kisah-kisah yang mereka alami "kelam" dan "gelap", selama mereka tidak dipancing rasanya mereka cukup bisa untuk menyimpan aib.

Tayangan Pagi-Pagi Pasti Happy (P3H). (www.wowkeren.com)
Tayangan Pagi-Pagi Pasti Happy (P3H). (www.wowkeren.com)
Namun, keberadaan host yang makin hari makin nyentrik membuatnya semakin hot. Entah itu sekadar ceplas-ceplos atau sengaja, para host seringkali mengeluarkan pernyataan-pernyataan kontroversial yang dapat memperkeruh keadaan.

Bukannya menjernihkan persoalan ataupun menutup aib-aib bintang tamu, para host marah merobek aib-aib artis hingga emosi mereka tak tertahankan.

Lihat saja bagaimana respon Nikita Mirzani yang beberapa waktu lalu blak-blakan mengungkapkan kekesalannya kepada Barbie Kumalasari karena dianggap menelantarkan anak. Ini jelas soal kehidupan pribadi, dan jelas pula tak perlu diungkapkan.

Hebatnya, acara Pagi-Pagi Pasti Happy memiliki banyak kembaran yang sama-sama membahas gosip seperti Rumpi dan Brownies. Jika tidak segera ditindak tegas, maka tayangan televisi hanya akan menambah dosa-dosa penontonnya. KPI mestinya sadar akan hal itu.

KPI Sehatlah, Berbenahlah

Tidak ada kata terlambat untuk melakukan perbaikan, dan tidak ada kata terlambat untuk kembali sehat. Walaupun sanksi P3H ini hanya berlaku sementara, namun banyak pula netizen yang mengapresiasi kinerja KPI yang agaknya sudah mulai sehat.

Sejak postingan pemberhentian P3H ini dimuat dalam laman Instagram resminya KPI, banyak pula netizen yang mengatakan bahwa KPI mulai menunjukkan ketegasan. Meski demikian, kita tetap berharap agar tayangan-tayangan seperti ini segera diberhentikan selamanya dan dihapuskan secara total.

Jikapun nantinya KPI kembali berdalih bahwa mereka tak bisa menghentikan sebuah tayangan secara total, toh mereka masih punya opsi memberikan rekomendasi kepada pihak penyiar untuk segera memberhentikan tayangan. Tapi tetap jangan ada kulit pisang busuk di dalamnya.

Sungguh, tayangan-tayangan yang meninggikan gosip tidak bisa sama sekali dianggap remah. Perlu ditegaskan bahwa gosip, umpatan, hingga perseteruan sejatinya sudah melanggar norma-norma kesopanan dan kesusilaan.

P3SPS KPI semestinya bisa menjadi acuan tegas bagi channel-channel televisi untuk membuat tayangan siaran yang berkualitas. Untuk menghasilkan tayangan yang berkualitas, tak perlulah ditambah dengan bumbu-bumbu perseteruan, umpatan, perkelahian, hingga teriakan-teriakan privasi.

Berkali-kali kita ulangi bahwa para penikmat televisi sejatinya bukanlah bosan menonton, melainkan sudah muak dan takut bertambah dosanya. Penonton yang meninggalkan tayangan-tayangan unfaedah sudah sangat paham betapa merusaknya tontonan itu, terutama bagi anak-anak.

Akan sangat berbahaya jika adegan-adegan negatif seperti itu yang selalu tertonton oleh anak. Semakin sering mereka melihat tayangan-tayangan seperti ini, semakin kuat pula anggapan mereka bahwa tayangan seperti itu "sudah biasa" di dunia nyata.

Ujungnya, perilaku-perilaku santun anak selama ini akan senantiasa tertutupi dengan perilaku-perilaku tidak pantas yang beredar di televisi. Bagaimana jika nanti anak-anak tidak bisa membedakan mana perilaku yang pantas dan mana yang tidak pantas?

KPI mesti menjawabnya dengan berbenah dan menyehatkan tayangan.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun