Keadaan seperti inilah yang ikut terbawa saat anak-anak bersekolah. Mereka sejatinya hanya ingin diperhatikan. Jika ada dari mereka yang sedang usil, tapi langsung menangis saat ditegur guru. Berarti guru tersebut salah sentuhan.
Lagi-lagi, anak-anak super seperti ini tidak bisa sekadar dimarahi. Jikapun dimarahi, maka besok ia mengulanginya lagi, ngulang lagi, dan ngulang terus. Mereka dengan kesuperannya, tidak bisa disentuh dengan fisik. Mereka perlu disentuh dengan hati dan perhatian personal.
Misalnya saat di kelas, anak-anak super dapat kita jadikan salah satu andalan dalam melakukan praktik pembelajaran. Penting untuk melibatkan mereka, agar mereka sadar bahwa sejatinya mereka itu dihargai dan diakui eksistensinya. Terlebih lagi jika mereka mendapat tepuk tangan meriah dari teman-teman dan guru di kelas.
Biarpun hal yang dilakukan anak super tersebut hanya perihal sederhana bahkan mudah, tetap apresiasi harus diberikan. Walau hanya sekadar unjuk jempol, saya yakin mereka akan senang dan semangat.
Meski demikian, tetap saja yang menjadi faktor kunci adalah orangtua. Terlebih lagi jika anak itu masih usia sekolah dasar, yang sejatinya bertemu guru hanya 5-8 jam per hari. Maka darinya, sangat penting bagi orangtua mempunyai bekal ilmu psikologi anak.
Jikapun tidak punya bekal itu, setidaknya orangtua bisa lebih banyak meluangkan waktunya dengan anak. Darinya, mereka akan tahu apa-apa saja yang anak butuhkan, dan apa-apa saja yang anak keluhkan.
Salam.