Dari sini agaknya perlu kita kuliti bagaimana sikap pemimpin saat ia menjadi rakyat. Pemimpin yang hobi suap bukan tidak mungkin saat ia menjadi rakyat kecil sering menerima suap. Walau sekadar sebungkus rokok ataupun sekardus mie instan untuk satu suara, tetap saja itu kebiasaan buruk.
Atau memang sengaja saat ia mencalonkan diri sebagai pemimpin, ia mengumpulkan suara dengan cara menyuap rakyat dan teman-temannya. Ratusan juta bahkan miliaran bukanlah soal, toh nanti bisa segera kembali dalam waktu 1-2 tahun. Jika rata-rata calon pemimpin bersikap seperti ini, maka sungguh macet negeri kita.
Selain itu, kezaliman pemimpin bisa bisa terjadi tanpa disangka-sangka, bahkan beberapa kali menyalahkan kenyataan yang selama ini kita yakini. Misalnya, sosok pemimpin itu kita kenal sangat baik saat menjadi rakyat. Ketika mereka jadi pemimpin tingkat Kepala Desa, Camat, bahkan Bupati, sikap baik dan adil mereka tidak berubah.
Namun ketika jabatannya sudah naik menjadi Gubernur, DPR, Menteri, bahkan presiden, semua sikap baik dan adil itu berubah drastis. Dari kebaikan yang murni menjadi kebaikan kepada oknum tertentu saja.Â
Dari keadilan objektif menjadi keadilan untuk kelompoknya saja. Bahkan muncul kesombongan, aniaya, dan sewenang-wenang dalam memimpin.
Kebaikan dan keadilan yang selama ini kita yakini ternyata hanya sekadar bungkusnya saja. Bahkan, kebaikan itu hanyalah berupa pengawet makanan yang tinggal menunggu tanggal kedaluwarsa saja. Kenapa demikian?
Lemahnya iman menjadi salah satu alasan terkuat mengapa para pemimpin bisa berubah sikap menjadi zalim. Dengan iman yang lemah, maka kekuatan diri untuk menahan nafsu juga ikut terlemahkan.
Jadi, wajar saja ada pemimpin baik saat masih menjabat didaerah namun menjadi jahat ketika menjabat di negara. Nafsu perut yang terus merasa kelaparan seakan kenyang sesaat setelah melihat nominal uang yang angka nol-nya panjang ke kanan.
Beberapa waktu kemudian, timbullah perasaan gundah tentang bagaimana mengolahnya. Tapi, bisikan yang lebih kuat bahkan memekakkan telinga kanan adalah "bagaimana caranya semua masuk ke perut saya!"
Karena kurangnya iman, tentu saja saja telinga kiri akan pura-pura tuli dengan sumpah suci masa lalu. Bahkan, karena sudah tuli, mata mereka ikut-ikutan buta walau sudah berkali-kali memandang dan membaca berjuta kesedihan yang dialami rakyat. Semoga hati mereka tak ikut-ikutan buta!