Seperti contoh, ada video tentang pernyataan pihak kepolisian yang tidak akan segan-segan menembak pelaku anarkis dan pihak TNI yang menyatakan siap tidak makan untuk menstabilkan negeri ini.
Beberapa kali saya dengar, sekilas memang sejalan dengan aksi demo mahasiswa yang terjadi saat ini. Tapi nyatanya, video itu hanyalah video lawas yang direkam saat pihak kepolisian dan TNI mengawal pelaksanaan pemilu. Hampir saja tertipu dan terbawa suasana.
Isi grup yang semula hanya promosi makanan dan jualan akhirnya bertambah rusuh dengan cacian kepada pihak kepolisian yang dinilai "biadab" dan TNI yang tidak pro dengan aksi demo, walaupun itu damai.
Tapi beruntungnya, admin grup segera mengklarifikasi video tersebut dan mengungkapkan kebenarannya. Barulah akhirnya video tersebut terhapus, dan chat grup kembali damai dengan doa-doa dan harapan.
Tak berhenti di sana, banyak pula berita-berita lainnya yang digoreng serta dibumbui dengan hoaks. Salah satunya adalah berita sebaran tentang meninggalnya salah satu mahasiswa Pakuan Bogor karena kepalanya dipukuli oleh anggota polisi.
Meskipun segera mendapat cap hoaks oleh pihak divisi Humas Polri, tetap saja kita masih takut dan khawatir. Jelas sekali berita ini menyudutkan pihak kepolisian yang sejatinya sudah bekerja sesuai prosedur untuk mengamankan situasi negeri.
Bahayanya, masyarakat bahkan kaum milenial yang tidak ikut demo terlanjur emosi dan bahkan menambah kerusuhan di dunia maya. Padahal nyatanya semua masih baik-baik saja.
Memang benar, di beberapa daerah ada keributan dan anarkis. Tapi tak perlulah digoreng dengan berita-berita lawas bahkan hoax. Sungguh ini akan menggosongkan perdamaian negeri.
Netizen harus pastikan, bandingkan, dan cari kebenaran berita
Mau tidak mau, dipaksa atau dengan sukarela, para netizen harus bijak menyikapi semua informasi terkini. Walaupun judulnya aktual, kita perlu berkali-kali memastikan kebenaran berita dan membandingkannya dengan sumber-sumber lain yang terpercaya.