Mulai dari sikap jorok Patrick dan Spongebob yang bermain permen karet hingga permen karet itu bergulung dengan sampah dan menjadi raksasa.Â
Lalu adapula Krabby Patty busuk penuh cacing yang dimakan, dan lain sebagainya. Sekilas memang tampak seru dan menegangkan, tapi di sisi lain sangatlah menjijikan.
Dahulu diawal-awal tayangan Spongebob, beberapa kali saya tertonton tayangan itu dan tayangan menjijikan lainnya. Sontak saja saya rasa mau muntah karena sedang sarapan pagi sebelum berangkat kerja. Alhasil, saya segera mengganti channel siaran televisi.
Kita yang melihat sekilas saja sudah terasa muak, apalagi jika sudah berada di sana. Dan jika KPI yang berada di sana, mungkin Spongebob Squarepants sudah hilang dari peredaran televisi di Indonesia.
Kalau sudah seperti ini, dimana nilai edukasi yang kita harapkan dari sebuah tayangan. Hiburan? Okelah, hanya saja jangan sampai keterlaluan seperti ini. Kalau sekedar mencari hiburan, animasi dalam negeri seperti Adit Sopo Jarwo, Syamil & Dodo, serta Keluarga Somad sudah sangat menghibur.
Dan jika ini terus berlanjut, maka para orang tua harus aktif mengawasi anak-anak dari tayangan yang unfaedah. Jangan pula orang tua yang memberikan pancingan dengan menyetel tayangan unfaedah hanya agar anak mau mandi pagi, sarapan, dan sekolah. Ini yang macet.
Lagi-lagi butuh kebijakan yang tegas dan juga kebijaksanaan diri dalam menonton tayangan televisi. Walau sekarang televisi sudah kalah milenial, tetap masyarakat butuh tayangan yang berfaedah.
Jadi, kepada semua pihak yang terkait pada penyiaran, bijak dan bijaksanalah. Objektif memutuskan dan renungkanlah. Dan tayangan yang inspiratif, edukatif, normatif, serta inovatif utamakanlah.
Salam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H