Mengapa Warung sampai berani memainkan timbangan? Apa Emak Keterlaluan Menawar? Apa karena harga jualnya terlalu murah? Atau karena sudah banyaknya minimarket?
Jika itu karena tawar-menawar, memang tidak bisa dipisahkan dari Emak-Emak. Namun, biarpun Emak berkeras diri untuk menawar, Warung cukup mempertahankan harganya saja. Jika Emak sudah capek nawar di warung, dan ternyata memang tidak bisa ditawar, ujung-ujungnya Emak tetap akan membeli juga.
Jika itu karena harga jual terlalu rendah, mengapa tidak di naikkan saja harganya. Lebih baik naik harga daripada harus mengurangi timbangan. Walaupun selisih Rp 500 bahkan Rp 2.000, jika timbangannya sesuai, para Emak akan tetap rela membelinya. Apalagi jika lebih dekat dengan rumah.
Hmmm, rasanya warung di Bengkulu begitu resah dengan mulai banyaknya minimarket seperti Indomart, Alfamart, dan sejenisnya. Jelas saja, isi warung pasti kalah banyak ragamnya dengan minimarket. Warung pula tidak "adem" seperti di minimarket. Dan hebatnya, di minimarket tidak ada tawar-menawar seperti halnya di warung.
Lambat laun, keberadaan minimarket dapat menyudutkan eksistensi warung. Meskipun demikian, tetap rezeki itu Tuhan yang mengatur, bahkan Tuhan yang menjaminnya. Maka dari itu, janganlah pebisnis warung "tega" menghancurkan rezekinya sendiri dengan mengurangi timbangan.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H