Takaran Timbangan: Berat di Warung, tapi Ringan di Rumah
Mirisnya, Warung di desa masih sering memainkan takaran timbangan. Barang-barang pokok seperti gula pasir, tepung terigu, dan minyak goreng curah adalah sasaran utama para pebisnis warung.
Terang saja, barang pokok seperti gula pasir, tepung, dan minyak goreng curah yang terjual di warung merupakan bungkusan dari warung itu sendiri. Jikapun ada darinya barang bungkusan pabrik, itu hanya untuk ukuran kemasan 1 kK.
Untuk menjaga stabilita keuangan, Emak-emak pun senangnya membeli dengan takaran 250 gram dan 500 gram. Apalagi seperti tepung terigu, Emak seringkali membeli dengan takaran 250 gram untuk keperluan goreng pisang maupun goreng tempe.
Tapi, takaran 250 gram dan 500 gram ini adalah takaran warung, bukan takaran rumah. Emak-emak walau tidak mempunyai warung, mereka tetap memiliki timbangan sendiri di rumahnya. Terutama timbangan berukuran 2 Kg.
Saat membeli barang pokok dari Warung, Emak biasanya menyempatkan diri untuk kembali mengukur berat barang itu menggunakan timbangan di rumah. Tidak hanya barang pokok saja, buah-buahan yang dibeli dari pasar pun sering di timbangnya.
Dan yang banyak terjadi adalah "adanya permainan takaran timbangan" pada barang-barang pokok seperti gula pasir, tepung, dan minyak goreng curah. Terutama dari kemasan yang di bungkus sendiri oleh Warung, yang berukuran 250 gram dan 500 gram.
Beberapa kali ditemukan, barang pokok yang berukuran 250 gram saat di Warung berubah menjadi 170-200 gram ketika sudah sampai rumah Emak. Begitupula dengan kemasan 500 gram di Warung, bisa berkurang hinggal tingga 350 gram saat di rumah.
Sesekali diperiksa apakah kemasan bocor, ternyata tidak. Apakah barangnya lupa diikat ternyata tidak. Jika semua sudah tidak, berarti memang benar ada permainan timbangan di sana.
Padahal, jika dipikir-pikir berapalah untungnya menggelapkan takaran timbangan barang. Apalagi Cuma 50-100 gram. Begitu teganya mereka mengecewakan Emak-Emak yang sejatinya adalah "pelanggan terbaik" mereka di desa.
Jika Emak sudah beberapa kali belanja di Warung itu, dan beberapa kali pula ketahuan takaran timbangannya tidak sesuai akad, maka Emak tidak akan mau belanja di sana lagi. Sama halnya dengan pelanggan-pelanggan lainnya. Dengan seiring waktu, Warung akan kesepian dan bahkan tidak beroperasi lagi.
Warung Khawatir?