Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Audisi Umum PB Djarum Berhenti: Atlet Akan Bangun Kesiangan

9 September 2019   21:36 Diperbarui: 9 September 2019   21:43 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua penduduk bumi Indonesia agaknya kaget dan tersentak melihat aksi PB Djarum yang akan memberhentikan Audisi Umumnya pada tahun depan. 

Padahal, niat awal KPAI sejatinya adalah untuk membongkar kasus eksploitasi anak yang selama ini samar-samar tak berdengung. Tepatnya, masih anggapan. Karena belum ada data aktual yang mencuat sejauh ini.

Memang benar bahwa beberapa LSM telah menuding PB Djarum atas logo/Merk rokok yang tercantum di kostum anak, sampai-sampai mereka mengadakan rapat "mendesak" dengan berbagai Kementerian. Namun, hal ini segera dibantah oleh "Orang Dalam" Bulutangkis itu sendiri.

Seperti halnya Imam Nahrawi dalam akun Instagram-nya yang menyatakan bahwa "Audisi PB Djarum mesti jalan terus, karena tak ada unsur eksploitasi anak. Bahkan Audisi Djarum telah melahirkan juara-juara dunia. Lagi pula olahraga itu dukungan butuh sponsor. Ayo lanjutkan." @nahrawi_imam

Begitupun dengan Susy Susanti yang sekarang sudah menjabat sebagai Kabid Pembinaan dan Prestasi PBSI. Dalam lansiran Kompas.com, Susy sangat menyayangkan pandangan KPAI yang terkesan menilai dari pucuknya saja. Susy menambahkan, jika ajang pencarian bakat pebulutangkis ini berhenti, dampaknya akan terasa hingga 1 generasi.

Bahkan agar polemik ini cepat selesai dan bijak ditanggapi, Davin Arkana mengadakan petisi kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dengan judul bubarkan KPAI. Seperti dalam lansiran change.org, petisi ini sudah di tandatangani hampir 5.000. Dan jumlahnya akan terus bertambah.

Jika pencarian bakat ini ditutup, Tentu saja akan sangat merugikan. Dan jika sampai terjadi, prestasi apalagi yang ingin kita banggakan. Sepakbola? Hmm, lihat sendiri bagaimana sakitnya kita menonton pejuang negeri sendiri selalu kebobolan dan kalah.

Padahal, liga-liga usia dini seperti U-16 dan U-19 terus berjalan. Turnamen-turnamen sepakbola internasional usia dini kita terus juara. Tapi ketika mulai memasuki U-23 dan senior, semua macet. 

Bahkan, petinggi sepakbola lebih memilih pemain naturalisasi daripada ratusan juta penduduk bumi Indonesia yang bisa main bola. Makin miris jika prestasi bulutangkis ikut-ikutan "macet".

Jangan sampai keruwetan bulutangkis Indonesia jatuh dan tenggelam ke sumur terbawah. Apalagi jika sumur itu sudah kekeringan, maka tak ada lagi harapan untuk hidup. Sudah luka, cacat, tak bisa naik, tak ada uluran tangan, bahkan mati. Lengkap sudah penderitaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun