Brodjoss sebagai produk kopi hitam jenis robusta juga memiliki rasa-rasa yang unik. Selain mengedepankan rasa asam, kopi ini juga ada yang rasa coklat, rasa manis, maupun rasa natural layaknya kopi hitam.
Yang jelas, semua varian rasa itu menggugah selera ngopi. Karena selama ini jika mencicipi kopi yang banyak pasirnya dan bahkan apek menyebabkan banyak dari kita seakan hilang mood. Sudah badmood terus ngopi, tambah pusing akhirnya.
Ternyata Beda Kebun Beda Rasa
Bagi sebagian orang yang mengaku "tradisional", mungkin masih menganggap rasa kopi itu sama saja, terutama dalam satu lingkup daerah yang sejatinya memiliki ketinggian dan iklim yang relatif sama. Baik itu kopi robusta lokal, maupun kopi sambung.
Dan ternyata, beda kebun bisa jadi kopinya beda rasa. Dari hasil wawancara saya dengan salah seorang suksesor Brodjoss kopi, yaitu Randy Yunafri, beliau mengatakan bahwa rasa kopi itu bergantung pada dimana ia tumbuh.
Kopi cenderung cepat menyerap rasa. Jika kopi tumbuhnya di perkebunan Enau (Aren), maka akan ada rasa Enau. Jika kopi tumbuhnya di perkebunan jeruk, maka akan ada rasa manis/asam jeruk dari hasil olahan kopi tersebut.Â
Begitu pula jika di kebun kopi ditanami cabai, jahe, maupun pepaya. Ooh, begitu pula ya? saya baru tahu. Padahal keluarga saya petani kopi. Hehe.
Randy menambahkan, untuk menghasilkan biji kopi pilihan dengan varian rasa yang diinginkan, para petani bisa mendesain ulang kebunnya. Misalnya, dalam 1 hektar kopi di dibagi menjadi 4 petak.Â
Kemudian masing-masing petak kopi tadi dipisahkan dengan tanaman jahe maupun jeruk. Setelah panen, didapatlah rasa kopi yang pedas seperti jahe, maupun asam manis seperti jeruk.
Proses Pengolahan