Beda hal dengan kaum modern dan milenial. Kebiasaan like, comment, share berita viral, bahkan membuat tagar-tagar hot menjadikan sebagian besar dari mereka cenderung taklid buta. Kenapa banyak dari mereka yang tidak melakukan "banding informasi" terlebih dahulu? Mungkin pikiran dan literasi mereka yang tradisional kali ya? Makin kesini, makin bergunalah Medsos sebagai alat penyebar hoaxs.
Medsos, Dosa Besar dan Dosa Jariyah
Apakah aksi provokatif yang berujung kerusuhan bukan dosa besar?
Apakah menyebar hoaxs yang berakhir dengan sikap negatif thinking bukan dosa besar?
Sejatinya, itu adalah dosa besar. Bukan dosa Medsos, tapi dosa pengguna Medsos. Dengan satu saja berita provokatif bisa mengguncang bumi ini bahkan membunuh banyak jiwa. Dengan satu saja pernyataan hoaxs, bisa mengubah pandangan netizen dari baik ke buruk. Mirisnya, perihal ini tiada akhir, terlebih lagi jika pernyataan-pernyataan itu tidak terjamah oleh para Siber.
Kenapa dikatakan dosa jariyah? Â Saya beri permisalan seperti ini:
"Si A memiliki akun Facebook dan menyebar berita hoaxs. Berita itu lantas mendapat ribuan like dan di share hingga ratusan orang. Tiba-tiba si A sakit, dan keesokan harinya ia mati. Password akunnya tidak seorangpun tahu sehingga tidak bisa di hapus." Artinya, berita hoaxs masih ada, sedangkan pembuat berita sudah mati.
Berita hoaxs yang masih tersebar dan menjalar akan menjadi dosa Jariyah (tak terputus) hingga hari kiamat tiba. Ya, mau bagaimana lagi, selama akun itu tidak bisa dihapus oleh orang lain dosanya akan terus bertambah. Google dan Facebook mana tahu si A tadi sudah mati. Facebook hanya tahu hari ulang tahun dan kenangan-kenangan si A!
Taubat dari MedsosÂ
Bagaimana cara menghapus dosa besar? Jalan terbaik adala taubat. Taubat berarti meninggalkan semua keburukan, dan tidak mengulangnya lagi. Lalu, bagaimana taubat dari Medsos? Tidak realistis rasanya jika meninggalkan Medsos secara total. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan tidak langsung percaya dengan berita negatif serta tidak langsung share.
Bagaimana agar kita tidak langsung percaya? Lagi-lagi butuh literasi serta long life education. Semakin banyak wawasan seseorang, makin susah dipengaruhi. Wajar, pijakannya adalah data, fakta, dan pengalaman. Sebaliknya, makin rendah wawasan makin cepat kita percaya. Kita mana tahu itu fakta atau hoaxs jika kita tidak mempunyai ilmu dan wawasan tentangnya. Jika kita berada pada posisi "rendah wawasan", jalan terbaik adalah dengan tidak menyebarkannya.
Taubat ini tentunya harus dibarengi dengan kesigapan dan ketegasan para pengawas Medsos. Akan percuma taubat jika sehari-hari sayuran yang kita makan adalah hoaxs, toh jadi darah dan daging juga! Pendeteksian hoaxs harus terus ditingkatkan sejak dini.
Akan sangat baik jika setiap postingan di Medsos melalui tahap check, deteksi, dan tandai. Memang terkesan agak rumit, karena hoaxs itu rumit. Cara yang tidak rumit bagaimana? Tentu saja dengan meninggalkan Medsos seutuhnya. Simple tapi agaknya melanggar kenyataan. Haha