Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

K-Pop, antara Kesukaan dan Kegilaan

13 Agustus 2019   21:02 Diperbarui: 13 Agustus 2019   21:13 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era Globalisasi-Milenial, rasanya menjadi puncak kejayaan K-POP. Terang saja, irama K-POP yang sebelumnya bercorak slow-pop sekarang  sudah upgrade menjadi beat Pop. Ini sangat di gemari oleh banyak orang. Terutama pelajar SMP dan SMA.

Terlebih lagi wajah mereka yang "tampan" dan "bersih". Bagi saya sih biasa saja, entah dari sisi mana mereka menilai "tampan" itu. Mungkin dari mulusnya kulit tanpa bulu, atau karena memang sudah naksir duluan. Sungguh, kaum pribumi di kesampingkan. Hehe. Itu hak dan penilaian para K-POP lovers.

Sebut saja 1 contoh, Blackpink. Dari lansiran popbela.com, Blackpink tengah naik daun, terutama di Indonesia. Single-nya yang berjudul 'DDU-DU DDU-DU' tahun ini telah mendapatkan viewers di Youtube sebanyak 600 juta. 

Baru-baru ini anggota Blackpink, Lisa menjadi bintang K-Pop perempuan yang paling banyak diikuti oleh pengguna Instagram. Lisa  meraup hingga 13,2 juta followers di Instagram dan menempatkannya menjadi bintang K-pop dengan followers paling banyak di Instagram.

Terang saja, bagi para penikmat musik K-Pop perihal ini menjadi suatu hal yang bombastis. Berbeda dengan kaum penggemar Pop Rock maupun dangdut. Hal ini justru memusingkan. 

Terlebih lagi jika snap-snap yang beredar di WA, IG, maupun Facebook berkisar tentang kecintaan dan kesukaan penggemar kepada para artis K-Pop. Mulai dari ungkapan berbasis love, menambah-nambah nama dengan kata "kesayanganku", hingga rela beli kue ulang tahun mahal untuk merayakannya sendiri.

Suka Boleh, Jangan Keterlaluan

Bagi sesama K-Pop lovers, mengetahui kehidupan dan keseharian para idola adalah salah satu bentuk kewajiban dan kesenangan tersendiri. Dunia mereka seakan terkurung oleh tempurung kecintaan. 

Bagaimana tidak, kegiatan sang  idola mulai dari bangun tidur, cuci muka, gosok gigi, pangkas rambut, make up, bahkan hal-hal tak terjamah pun mereka ikuti.

Kalo sekedar gaya, bentuk tubuh, maupun warna dance yang di ikuti, tidak terlalu bermasalah. Yang jadi miris adalah jika sang idola dijadikan panutan bersikap dan alasan kesenangan hidup. 

Bagi saya saya pribadi, suka dengan K-Pop sungguh bukanlah kesalahan ataupun keburukan. Tapi lagi-lagi butuh pembatasan dan jangan sampai mengubah prinsip diri. Kasarnya adalah, liat juga orang sekitarmu, jangan asik dengan diri sendiri saja, perhatikan pula kesenangan orang lain!

Terlebih lagi jika itu adalah perempuan. Muslimah lagi! Pembatasan diri tentunya harus lebih kuat. Pembinaan prinsip diri dengan nilai-nilai dan budaya Islam harus tetap di pupuk. Karena jelas, etika kita Islam dan bahkan bangsa Indonesia sungguh berbeda.

Perkara cium dan pelukan misalnya. Bagi bangsa Barat tentu adalah hal yang lumrah dan biasa-biasa saja, meskipun antara laki-laki dan perempuan. Tapi bagi bangsa kita, terlebih lagi seorang muslim/muslimah, itu adalah bentuk pelecehan dan penurunan kodrat. Terlebih lagi jika wanita digendong-gendong oleh sang idola.  Agaknya, juga menyalahi etika kemanusiaan. Di sinilah perlunya bersikap.

K-Pop Lover Cenderung Sensitif & Emosional

Hal ini banyak terjadi di kalangan RBG, alias Remaja Baru Gede. Ya, tepatnya masa-masa SMP dan SMA. Beberapa kali saya menerima laporan dari siswa yang mengeluhkan "kesenjangan" perilaku para K-Pop Lovers yang "melunjak" dan keterlaluan. Dan beberapa kali pula saya temui siswa yang saling bermusuhan hanya gara-gara mendengar musik K-Pop.

Dari isi curhatan dan keluhan anak, terlihat para K-Pop Lover sangat sensitif dan emosional jika sang idola mereka di usik. Terlebih lagi jika yang mengusiknya para siswa/i yang tidak menyukai musik K-Pop.

Mulai dari ejekan sederhana seperti "wooii, buatlah tugas dulu, nanti kena marah ibu guru, nantilah yang dengar musik dan nonton K-Pop itu!", hingga ejekan menusuk seperti "Ahh, ngapain kalian suka dengan para K-Pop, gantengnya ganteng plastik, pake suntik silikon!", dan sejenisnya senantiasa berkobar saat jam istirahat atau kala tak ada guru.

Perihal ini sangat intens dan sangat penting bagi seorang guru meluruskannya. Apalagi sekarang musik sudah dirasuki paham-paham radikalis, liberal, hingga ajaran sesat. 

Jujur saja, fanatik jika masih dalam jangkauan akal sehat tidak akan mengundang celaan melainkan menambah kesukaan dan kecintaan. Contohnya seperti suporter bola. 

Mereka beli tiket mahal-mahal dan meluangkan waktunya demi menonton tim kesayangan. Kalah menang sudah bukan soal, yang penting bisa hadir dan melihat punggawa mereka bermain. 

Memang beberapa banyak juga yang ribut dan brutal, tapi itu sama sekali tidak mengubah kesan bahwa fanatik itu buruk. Harusnya K-Pop juga seperti itu. Lagi-lagi ini persoalan prinsipil.

Yang berbahaya adalah fanatik berlebihan. Kesannya seperti "cuci otak" yang lama kelamaan dapat mengubah kebiasaan berperilaku dan tanggapan serba "emosional" kepada hal-hal yang tidak di sukai atau mengganggu. Jika dibiarkan, akan cenderung merusak dan menganggu kemaslahan hidup, mendzalimi orang, bahkan merusak dirinya sendiri.

Pembinaan dan penguatan prinsip hidup, adab, serta moral sangatlah penting di usia remaja. Guru dan orang tua tidak mengapa sesekali bergaya otoriter dalam mendidik. Hanya saja jangan keterlaluan amat! 

Terlalu ototiter malah menyakiti, dan terlalu permisif malah akan merugikan anak. Maka dari itu, ketika mendidik, mengajar, dan membina kita perlu sampaikan penguatan nilai-nilai kebermaknaan.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun