Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

D4, Siapa yang Tidak Mau?

30 Juli 2019   23:05 Diperbarui: 31 Juli 2019   00:49 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Pixabay.com

"Duduk Diam Dapat Duit"

Agaknya ini impian banyak orang, termasuk saya. Bagaimana tidak, kita hanya duduk santai tapi passive invest/income masuk perlahan di kantong kita. Kita tidak perlu mengeluarkan banyak keringat, dan kita dapat uang. Kita hanya melihat dan senyum, kemudian kita dapat uang. Ya, itulah D4 alias bos.

Tidak harus perusahaan besar, tidak harus lembaga dengan gedung yang mewah. Cukup dengan mengelola usaha sederhana, namun menghasilkan. Itulah sebenarnya harapan Pemerintah dari para sarjana. Manfaatnya jelas, berdaya guna bagi nusa karena memberi kesempatan besar terhadap turunnya persentasi pengangguran. Itulah hebatnya bos.

Makanya benar kata-kata orang tua kita yang susah. "Nak sekolahlah yang tinggi agar tidak jadi seperti kami". Makna kalimat ini sangat dalam, karena mengandung doa dan harapan sebagai penerus tulang punggung keluarga dan motivasi bagi adik-adik untuk sukses. Terang saja, orang tua yang bekerja sebagai buruh atau petani misalnya, mereka tidak mau anak-anaknya juga kerja "serabutan" seperti mereka. Paling tidak, anak mereka bisa jadi bosnya petani, atau bosnya buruh.

Namun, harapan menjadi D4 ini tampaknya semakin pelik dan gusar jika dihadapkan dengan "dana". Ya, ini masalah intens dan utama. Untuk memulai berwirausaha butuh modal yang tidak sedikit. Mulai dari perencanaan tempat, program, pembelian alat, hingga listrik dan air pun ikut menjadi bahan pertimbangan. Makanya banyak sarjana lebih memilih "mengabdi" pada negara dan perusahaan untuk menyambung hidupnya.

Tapi, tetap saja D4 adalah cita-cita semua orang. Meskipun gaji dari kerja "pengabdian" sudah besar, tentu kita tidak akan pernah berpuas diri. Solusi terbaik ialah membuka usaha sampingan dan menjadi bos dari usaha itu. Modalnya? Ya, dari sisih gaji secara bertahap dan "mencicil" usaha sedikit demi sedikit.

Menjadi "Bos" akan mendatangkan kebermanfaatan yang sangat besar. Kita bisa berinvestasi untuk masa depan anak-anak kita, tanpa harus kerja lembur tiap hari. Dan saya rasa itu adalah jalan investasi tercepat. Ya, memang menjadi Bos yang bisa "datang duduk dapat duit" butuh proses dan keterampilan. Namun, lagi-lagi kita jangan patah arang karena modal.

Kreativitas dan inovasi harus di upgrade terus sembari menjalin link relasi, agar nanti memudahkan kita untuk mempromosikan usaha. Di sinilah akan tampak peran dari gelar sarjana, yaitu kemandirian dan kebermanfaatan di masyarakat. Untuk mengembangkannya, perlu dukungan dan motivasi semua pihak, baik dari orang tua, guru, dosen, masyarakat desa, hingga pemerintah.

Dukungan dapat berupa penyelenggaraan sosialisasi/promosi/lokakarya sebagai bekal bagi sarjana, dan bisa juga melalui finansial yang disalurkan ke desa. Dan akhirnya, para sarjana dapat bekerja sama dengan desa, terutama untuk memajukan desanya.

Inilah yang menjadi harapan kita terkait dengan bos dan D4. Sejatinya, cita-cita D4 tidaklah salah dan terlalu muluk. Tidak perlu menunggu tua untuk jadi Bos dan menggapai D4. Tinggal bagaimana kita berjuang untuk menggapainya.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun