Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Milenial, Simpan HPmu!

24 Juli 2019   22:41 Diperbarui: 24 Juli 2019   22:51 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: @islam dan Pendidikan

Zaman Milenial ini, Handphone bukan lagi kebutuhan Sekunder maupun Tersier. Handphone telah berevolusi menjadi kebutuhan Primer, bahkan mengalahkan kebutuhan primer itu sendiri. Buktinya, kita bisa lihat artikel utama Kompasiana "Milenial dianggap tidak mampu beli rumah". Terang saja, rumah, makan, dan pakaian adalah kebutuhan Primer dari zaman purba hingga zaman akhir nanti. 

Tapi nyatanya, Handphone lebih utama. Macam-macam kebutuhannya, mulai dari sanggup tidak makan demi Handphone, sanggup tunda beli alat-alat sekolah demi Handphone, sanggup antipati dengan orang sekitar demi Handphone, sanggup jebol tabungan investasi demi Update & Upgrade Handphone, hingga sanggup "Pamer" kebaikan. Ibarat Kapak 212 Wiro Sableng, Handphone itu sungguh tajam jika melukai.

Saat Meet Up dan Bertamu

Silaturahmi ke rumah kerabat, sanak family, sahabat, dan reunian adalah bentuk pertemuan yang dinantikan oleh banyak orang. Bisa dalam agenda undangan mau nikah, atau menjadi momen nostalgia karena lama tak berjumpa. Sebelum lahir kaum Milenial, kegiatan Meet Up dan silaturahmi biasanya berisikan curhatan keluh kesah dan berbagi pengalaman hidup. 

Ditemani dengan teh atau kopi panas, perjumpaan ini biasanya berlarut dalam waktu berjam-jam dan seakan diakhiri dengan "paksa" karena masih banyak bahasan yang belum kelar.

Miris halnya dengan yang kita lihat saat ini. Kegiatan Meet Up, Silaturahmi, serta bertamu banyak meninggalkan kesan "negatif". Bagaimana tidak, baru saja bertamu, ucap satu dua patah kata, sudah "sok" kesibukan dengan Handphone. Jari jemari seakan gatal harus menggaruk Handphone. 

Kita, sebagai tuan rumah beberapa kali memaklumi dan mengganggap mungkin mereka yang "milenial" ini banyak job atau kesibukan. Yang menyakitkan lagi, cerita dan bahan obrolan sering kali hanya sampai "anti klimaks", berhenti di tengah jalan. Akhirnya kita harus memulai lagi obrolan dari awal. Lebih bijak kiranya kita simpan dulu HP, daripada lihat HP sekedar nge-slide Snap saja. Hargailah Tuan Rumah!

Saat Wisata

Sejenak kita ingat wisatanya orang-orang sebelum era Milenial. Tujuan mereka pasti untuk menghapus penat, refreshing, dan menikmati udara segar. Saya yakin dan percaya, meskipun tidak ada bukti otentik berupa foto dan dokumentasi, orang-orang pra-Milenial juga sering berwisata. Beda dengan sekarang ini, momen wisata lebih dijadikan sebagai background foto dan selfie. 

Akhirnya, muncullah banyak sekali destinasi wisata yang menjadikan "background foto" sebagai maskot utama. Seorang milenial rasanya lebih bangga jika ia upload Status dan mendapat ratusan bahkan ribuan like dibandingkan dengan menikmati momen wisata itu sendiri. Tidak menyalahkan, hanya saja jangan "keterlaluan".

Saat "Krusial"

Momen-momen "Krusial" biasanya banyak dimanfaatkan para penggiat Handphone agar mendapat banyak like dan menjadi Viral. Secara positif sah-sah saja. Tapi, yang terjadi saat ini banyaklah negatifnya. Dari mulai emosi seseorang yang dimanfaatkan menjadi "Prank", berita duka yang di "besar-besarkan", hingga editing foto dan video untuk meramaikan Hoaxs. Jika seperti ini, tidak ada lagi sisi kebermanfaatan HP! Apa bedanya kita dengan para jin yang mencuri berita dari langit dan menyebarkan kepada penganutnya sebagai berita Hoaxs!

Saat "Pamer" Berbuat baik

Ini agaknya sindiran keras, tapi lagi-lagi renungkanlah. Berbuat baik itu sangatlah dianjurkan, bahkan merupakan sebuah kewajiban. Kenapa? Karena bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, masyarakat, serta masa depan kita sendiri. Hanya saja, "merendahlah" jika berbuat baik. Sering kita dengar istilah "tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tahu". 

Ini mengandung makna yang sungguh dalam terkait dengan amal baik. Terang saja, ketika kita ikhlas berbuat baik, ada perasaan lega di hati. Di samping itu, yakin atau tidak yakin, ketika kita berbuat baik, maka akan mendapatkan balasan yang baik pula, bahkan berkali-kali lipat. Tapi lagi-lagi janganlah pamer!

Kadang, kita lihat, bersedekah "sedikit" saja sudah pakai selfie berkali-kali. Memberikan sesuatu yang "tidak seberapa" nilainya sudah pamer. Tidak terlalu menyalahkan, karena jika itu adalah bentuk bukti fisik dan menjalankan amanah dari seseorang ya tidak masalah. Dan lebih dari itu, kita kembalikan ke niat. Karena awal dari semua perbuatan adalah niat. 

Syukur jika niat kita baik, karena akan di iringi dengan keadaan yang baik pula. Dan hati-hati dengan niat yang buruk, karena bisa mendatangkan perbuatan dan balasan yang buruk pula. Belum lagi, hati kita ikut menjadi keras karenanya.

Maka, baik-baiklah menggunakan HP. Terang saja, apa yang kita anggap baik, lalu kita posting, belum tentu orang yang melihatnya menganggap itu baik. Apalagi jika kita posting hal-hal buruk!

Milenial boleh, tapi bijaklah. Alangkah sempurnanya sosok "Milenial" jika keberadaannya menjadi kebermanfaatan bagi orang lain. Endingnya Milenial akan terkenang.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun