Rumus diatas, bukan hanya sekedar permisalan belaka, karena juga seiras dengan firman Tuhan. Allah berkalam dalam Surah Al-Hadid ayat 18 "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak."
Dari kalam ini, tertuang makna bahwa sedekah merupakan salah satu bentuk investasi berupa meminjam dan menabung kepada Allah. Jika kita berinvestasi ke bank dan mencapai target saldo tertentu kita bisa mendapat bunga, maka berinvestasi kepada Allah tidak perlu mencapai target tertentu. Jikalau investasi ke bank perkalian % bunganya jelas, tapi kepada Allah dikalikan sebesar-besarnya tanpa batas. Dan beruntungnya, kita dipermudah dalam menyelesaikan urusan, serta dijauhi dari kesulitan. Ini rezeki yang besar, Asalkan ikhlas.
Milenial, sejatinya ikhlas itu tidak hanya diukur dari berapa jumlah investasi yang kita berikan, melainkan lebih dari itu. Misalnya saja, kita ikhlas menolong orang lain. Itu sudah termasuk investasi, karena bisa saja dimasa depan, orang yang kita tolong dimasa lalu akan balik menolong kita dimasa sulit. Atau, kita yang ditolong oleh orang lain. Jika bumi ini mengenal karma, berarti segala perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan pula, meskipun kita tidak mengharapkannya. Kebaikan itulah yang datang sendiri menghampiri kita.
Jika kita amati lagi rumus tadi, tidak heran kita jika melihat keberuntungan seseorang. Misalnya, ada yang dapat undian motor, mobil hingga dapat rezeki naik haji. Hal itu tidak aneh jika kita ukur dari rumus ikhlas, karena jelas balasannya "tak terhingga". Tapi, jika kita tidak begitu paham rumus ikhlas, bisa saja hal-hal aneh hinggap di kepala kita. mulai dari menuduhnya korupsi, hasil harta warisanlah, bahkan ngepet "menggandakan uang".
Dan jangan heran pula terhadap diri kita sendiri jika selama ini sudah berinvestasi namun terus mengalami defisit anggaran. Bisa saja investasi yang  kita lakukan "niatnya" tidak lurus, tidak ikhlas, dan mengharap lebih tanpa usaha yang lebih.
Rumus ikhlas ini agaknya kurang konkret jika dicerna akal. Tapi, kita butuh sebuah keyakinan diri dan juga kelurusan niat. Karena sejatinya niat yang buruk itu, jika dilakukan akan mendatangkan keburukan pula kepada kita. Tentu siapapun tidak akan suka menerima keburukan.
Saat berinvestasi jangan pandang ke langit terus. Sesekali pandanglah kebawah, lihatlah orang-orang didekat kita dan terbarlah kebaikan. Karena kebaikan itu, entah sejauh apapun kita lemparkan, yakin atau tidak, suatu saat kebaikan itu akan kembali kepada kita.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H