Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pohon Berdaun Sejarah, Metode Menyenangkan Belajar SKI di SMP

3 Juli 2019   17:32 Diperbarui: 3 Juli 2019   17:44 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembuatan daun-daun sejarah | dokpri

Mengajarkan materi Sejarah Kebudayaan Islam menjadi tantangan tersendiri bagi guru Agama Islam di SMP. Jika membandingkannya dengan materi akhlak, aqidah, maupun Al-Qur'an Hadis, maka SKI menjadi prioritas materi yang tersulit. Betapa tidak, peserta didik akan disuguhkan pelajaran sejarah dengan capaian kompetensi mengetahui detail tahun sejarah, detail nama tokoh dalam sejarah, hingga meneladani perjuangan tokoh-tokoh dalam Sejarah Kebudayaan/Peradaban Islam itu sendiri.

Jika tidak pandai-pandai dalam memanage materi, strategi, dan metode pembelajaran, peserta didik akan bosan. Cobalah bayangkan jika seorang guru hanya menyampaikan isi materi SKI dengan full ceramah, di dalam kelas, dan pada jam terakhir pelajaran. Jam terakhir pelajaran, menjadi masa dimana rasa lapar dan kantuk datang, sehingga fokus, perhatian, dan tanggapan peserta didik semakin berkurang.

Memang, menggunakan metode audio visual dengan media infokus bisa menjadi salah satu metode yang bagus dalam mengajarkan materi SKI, namun, tidak semua sekolah memiliki infokus, sehingga hanya efektif digunakan pada sekolah-sekolah dengan sarana pembelajaran yang mendukung. Maka dari itu, disini di tawarkan metode mengajar menggunakan pohon berdaun sejarah.

Adapun metode pohon berdaun sejarah, merupakan salah satu pembelajaran aktif yang melibatkan peserta didik secara berkelompok. Untuk persiapannya, guru meminta peserta didik masing-masing kelompok untuk menyiapkan akar/ranting pohon, kertas warna/origami, gunting, dan lem.

Kemudian, setelah persiapan selesai, guru dapat membagikan sub materi SKI kepada masing-masing kelompok. Misalnya tentang Sejarah Kebudayaan Islam Masa Daulah Umayyah. Guru dapat membagi sub topik bahasan mulai dari awal berdirinya Daulah Umayyah, Masa Keemasan Daulah Umayyah, Masa Kehancuran Daulah Umayyah, Tokoh-Tokoh/ Cendekiawan, dan memaknai perjuangan Tokoh masa Daulah Umayyah.

Setelah sub materi dibagikan, peserta didik secara berkelompok diminta untuk menuliskan gagasan pokok dari sub materi tersebut di daun yang telah dibuat peserta didik dari kertas origami. Karena ukuran daun yang kecil, maka peserta didik menulis 5-6 kata saja yang bisa mewakili ide/gagasan pokok dari paragraf tersebut.

Daun-daun yang telah ditulis, ditempel di ranting pohon dengan seindah mungkin. Masing-masing ranting terdiri dari 5-10 daun dan mewakili beberapa gagasan pokok sejarah. Jadi, dalam 1 sub materi, peserta didik dalam kelompok dapat membuat 4-5 ranting yang terdiri dari 20-25 daun berisi pokok materi.

Pembuatan daun-daun sejarah | dokpri
Pembuatan daun-daun sejarah | dokpri
Setelah selesai, maka guru dapat meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pohon ciptaan mereka, dan setelah itu diadakan Tour wisata ke pohon berdaun sejarah kelompok lain. Untuk Feedback, guru dapat mengadakan post-test serta tanya jawab sebagai bentuk penguatan materi.

Menariknya, metode ini tidak mengharuskan peserta didik belajar di kelas, melainkan bisa belajar di bawah pohon, di lapangan, taman, atau tempat lain di sekitar sekolah, asalkan jangan di kantin sekolah, hehe.

dokpri
dokpri
Siswa SMPN 1 Rejang Lebong Membuat Pohon berdaun Sejarah | dokpri
Siswa SMPN 1 Rejang Lebong Membuat Pohon berdaun Sejarah | dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun