Resesi ekonomi masih jadi isu utama yang menarik untuk diperbincangkan publik beberapa hari belakangan ini. Ya, hampir di tiap sudut kolom media massa menyajikan beberapa tanggapan pengamat dan ahli ekonomi terkait Indonesia akan terkena resesi karena dampak dari pandemic Covid-19. Â
Penyebabnya tak lain dari terbatasnya mobilitas dan kegiatan ekonomi pencegahan penularan virus corona.
Sebelum Indonesia, negara maju seperti Amerika, Korea Selatan dan Singapura lebih dulu merasakan penurunan kegiatan ekonomi dalam tiga bulan terakhir. Bahkan, di Singapura terlebih dulu mengonfirmasi terjadi resesi ekonomi akibat virus corona pada 17 Juli 2020 lalu. Â
Bila demikian, bisa dipastikan Indonesia akan mengalami resesi yang lebih buruk dibanding negara lain tersebut.
Apa sebab? Sebagai negara yang baru berkembang, Indonesia memiliki kelemahan lain dalam mengatasi pandemic covid-19. Yaitu terkait ketegasan dan konsistensi dalam mengambil putusan atas kebijakan yang dibuat untuk memutus penyebaran virus asal Cina tersebut.
Contoh terdekat soal transisi gaya kehidupan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar ke masa new normal. Kebijakan yang didengungkan Presiden Joko Widodo belum lama ini timbulkan masalah baru.
Pasalnya, di saat jumlah terpapar virus corona meningkat tajam kebijakan ini diubah menjadi gaya kebiasaan yang dianggap sudah kembali ke kehidupan normal atau back to normal. Bukannya berkurang, malahan yang terpapar semakin banyak. Korban berjatuhan tiap harinya.
Data dari covid counter Kemenkes menyebutkan sebanyak 1.679 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Penambahan pasien baru itu menyebabkan secara akumulasi kini ada 113.134 kasus Covid-19 sejak pasien pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.
Dan ini merupakan salah satu hal terkonyol yang bisa membawa tanah air menuju keterpurukan lebih 'tragis; dari krisis kesehatan serta krisis ekonomi dari negara maju yang lebih dulu mengalami resesi ekonomi. Â
Di Singapura saja,  pada kuartal II 2020, produk domestik bruto (PDB) Singapura mengalami kontraksi sebesar 12,6 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Singapura mengalami resesi yang dipicu oleh kebijakan circuit breaker untuk mencegah penularan wabah virus corona (Covid-19). Kebijakan ini menyebabkan permintaan di dalam negeri melemah di tengah perekonomian global yang juga loyo.
 Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Tentu jauh berada di bawah Singapura. Pada Kuartal II-2020 itu pertumbuhan minus 5% sampai minus 7%. Demikian di kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 yang kalau berkelanjutan dampaknya akan buruk
Indonesia bisa sedikit bernapas dari ancaman resesi bila pemerintah mempercepat menyelamatkan lebih dulu pasien yang terpapar covid-19. Setelah itu baru menyelamatkan perekonomian tanah air.
Pada dasarnya, ekonomi akan selamat bila rakyatnya terlebih dulu diselamatkan. Tak mungkin, korban yang sudah meninggal akan kembali hidup, lalu ekonomi akan jadi lebih baik. Selamatkan rakyat yang terkena PHK melalui bantuan tunai langsung. Atau pemerintah tidak tergesa-gesa membuka wilayah yang menjadi episentrum penyebaran covid-19.
Terutama sekali, pemerintah harus segera mempercepat realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) menghindari terjadinya resesi.
Adapun percepatan yang harus dikebut dari program PEN adalah penyaluran anggaran kesehatan, bantuan sosial (bansos) untuk mendongkrak konsumsi masyarakat, dan insentif di sektor UMKM.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI