Mohon tunggu...
Fauzi Abdillah
Fauzi Abdillah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

@ozzeyabdilla admin :D

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mahasiswa, 60 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Civic Engagement

2 April 2015   19:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:37 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelaksanaan acara 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tinggal menanti waktu. Karnaval yang dijadwalkan pada 21-27 April 2015 tersebut mendapat perhatian besar dari khalayak semenjak informasi mengenai rekrutmen relawan mulai viraldi sosial media.

Antusiasme warga untuk tergabung menjadi relawan tercermin dari jumlahnya yang saat ini mencapai lebih dari 11.000 orang. Relawan tersebut tersalur untuk masing-masing dua acara besar, yaitu Peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika dan Perayaan Peringatan Konferensi Asia Afrika.

Tentu kemeriahan karnaval ini memerlukan energi dan perhatian luar biasa, dan tidak mungkin hanya dipikul oleh pemerintah saja sebagai penyelenggara acara.

Dengan prinsip orang sunda “Bengkung Ngariung Bongkok Ngaronyok”, pemerintah membuka partisipasi warga untuk relawan pada berbagai rangkaian acara dalam karnaval tersebut.

11.000 orang yang terdaftar sebagai relawan merupakan sebuah angka pencapaian yang menggembirakan. Angka ini bisa menjadi indikasi bahwa eksistensi kesadaran warga untuk ikut memikul dan bergotong-royong dalam perhelatan tersebut telah nampak.  Kesadaran untuk ikut berpartisipasi menjadi indikator bahwa warga Bandung semakin demokratis. Mereka ikut udunan untuk turut serta menyajikan warga Bandung dan Indonesia yang guyub penuh kebersamaan, yang tidak lagi berpangku tangan dan hanya menyerahkan segala urusan pada pemerintah semata.

Pola “keroyokan” (crowd) dalam rekrutmen relawan akan lebih semarak dan berkualitas jika ditopang oleh kolaborasi antara pemerintah dan institusi pendidikan. Bandung memiliki kurang lebih 132 Perguruan Tinggi yang terdiri dari PTN dan PTS, sangat berpotensi untuk membentuk sebuah komunitas yang digawangi oleh beberapa pihak dengan bidang keahlian serta bidangnya masing-masing. DengannyaBandung semakin demokratis untuk  Masyarakat Madani yang diisi oleh berbagai macam kalangan dan termasuk akademisi di dalamnya. Dan salah satu cara untuk menggelorakan pendidikan politik adalah dengan melibatkan mahasiswa pada isu publik. Seperti halnya Gerakan Pungut Sampah (GPS) yang bekerja sama dengan institusi-institusi pendidikan dasar dan menengah, peringatan 60th KAA baiknya juga melakukan hal serupa pada level yang lebih tinggi dan luas. Disinilah peran pemerintah yang tengah mengemban tanggung jawab untuk memimpin daerahnya ikut menyuguhkan arena untuk pendidikan demokrasi, wilayah ini yang menjadi wahana kolaborasi antara pemerintah dan institusi pendidikan tinggi.

John Dewey dalam Democracy and Education menyebutkan setidaknya ada tiga elemen yang esensial dalam pendidikan demokrasi di perguruan tinggi, antara lain; Pendidikan haruslah mengaitkan (engage) mahasiswa dengan komunitas yang ada di sekelilingnya; Pendidikan haruslah berfokus pada pemecahan masalah daripada disiplin akademik; dan pendidikan haruslah melibatkan mahasiswa dan fakultas secara kolaboratif.

Momentum kegiatan 60th KAA ini bisa menjadi salah satu laboratorium untuk pendidikan politik untuk demokrasi. Sebagaimana kita ketahui, demokrasi pada hakikatnya memiliki gravitasi pada peran serta masyarakat yang bergotong-royong untuk melakukan perubahan bagi mereka sendiri atau yang dikenal dengan istilah self governance.

Artikulasi self governance telah tercermin dari keikutsertaan warga dalam menyambut kegiatan 60th KAA tersebut. Pada formulir pendaftaraan menjadi relawan KAA, terdapat kolom yang harus diisi dengan kemampuan dan skill spesifik yang dimiliki oleh calon relawan. Wajar kita otomatis berasumsi bahwa posisi yang diberikan oleh penyelenggara akan disesuaikan dengan bidang keahlian masing-masing dari para calon relawan. Dari hal tersebut, telah tercermin bahwa kontribusi dan fenomena itu termasuk civic engagement.

Civic Engagement yang di definisikan oleh Barbara Jacoby (2009) sebagai tindakan yang didasari oleh rasa tanggung jawab yang tinggi dari pribadi warga untuk masyarakat luas, menjadi salah satu acuan pendidikan dalam demokrasi untuk memompa self governance. Dalam Civic Engagement juga melarutkan segala  potensi yang dimiliki oleh setiap individu dengan melakukan kombinasi atas pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan motivasi untuk berkontribusi dalam isu publik, pemecahan masalah sosial dan yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Sosial media telah mensponsori Civic engagement dengan menyalurkan informasi dan rekognisi terkait acara akbar ini. Sang Mayor, Ridwan Kamil, pun ikut membantu mempopulerkan informasi tersebut di berbagai sosial media, harapan dan apresiasi terhadap kegiatan tersebut sering ia kemukakan di media sosial itu. Demikianlah yang pula membuat gaung acara ini semakin terasa di jagat Netizen. Maka tidaklah heran, bahwa ada yang menyebut bahwa antusiasme dan kontribusi warga terkait 60th KAA yang dahsyat ini menjadi bukti The Power of Social Media.

S. Mark Spancer dalam bukunya The Psychology of Citizenship and Civic Engagement berpendapat bahwa faktor yang paling menentukan keberlanjutan civic engagement adalah pengalaman yang didapat berwujud positif dan lingkungan sosial yang suportif. Mengenai hal ini, Ridwan Kamil sudah melakukan persuasi via sosia media dan ikut mendukungnya dengan peraturan-peraturan resmi. Dengan memberi apresiasi serta ruang rekognisi tersebut, dipercaya bisa membuat konsep ini terus eksis di tengah masyarakat Bandung dan semoga juga hal baik ini merebak ke seluruh penjuru Indonesia.

Indonesia membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh warganya agar berdigdaya. Dan kita harus optimis bahwa Indonesia akan menjadi negeri dambaan dan kebanggaan seluruh warganya. Mengenai optimisme tersebut, saya mengutip kicauan @ridwankamil “Hirup mah kudu optimis lur. Dituntun ku santun. Diasuh ku lungguh. Dipiara ku rasa. Diasah ku kanyaah. Dijaga ku du'a kanu kawasa.”.

Bandung Juara !!

Data dari web Kopertis IV http://direktori.kopertis4.or.id/ di akses

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun