Deru tak akan hilang dengan sendiri walau dengan keanggunan pelangi,
karena tak akan bisa sebuah usaha dan rencana pergi tanpa kehendak Illahi…
Dan sebuah bumbu untuk gersangnya sebuah lokasi untuk mati, dan upaya untuk berdiri, terus berdikari dalam rintihan mimpi.
Kamu,
tidak akan terus berjalan di atas embun, yang akan selalu menetes hingga saatnya nanti.
karena telah sendiri seperti keengganan belati untuk mengiris dahan tua berilusi hati..
Hati yang kosong tak terisi, serta sisa rindangan ketamakan pilihan menjadi buaian angan..
Angan yang mengembun tiupan rasa harapan yang tak menepi, walau sesaat di setiap pagi dengan keengganan hadir lagi.
Sudah saatnya kini kita bersenandung keindahan dengan terlepasnya sayap dari tubuhmu yang selama ini mendiami bukit kasih kemerduan asmara..
bersua dengan kecewa kini sudah biasa, karena realita hanya menjadi bara saat harapan jauh darinya.
dan itu sudah mesti…