Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Kajian Adat Meulaot Ditinjau dari Perspektif Psikologi

27 Desember 2018   11:11 Diperbarui: 27 Desember 2018   11:18 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenduri laot biasanya dilakukan untuk mempererat silaturrahmi dan meningkatkkan kekompakan antar nelayan. Silarutahmi termasuk dalam interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan interpersonal yang terjadi antara dua orang atau lebih dengan menggunakan tindakan verbal maupun non-verbal. Interaksi sosial menjadi faktor utama dan terpenting didalam hubungan antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi, sehingga interaksi sosial merupakan kunci utama dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial tidak akan  mungkin ada kehidupan bersama

Lantunan like (Dzikir), membacakan seulaweut nabi atau khatam ayat-ayat suci Al-Quran oleh para Teungku atau leube yang hadir merupakan salah satu bentuk religiusitas masyarakat. Dan sudah pasti religiusitas kuat didasarkan atas keyakinan yang kuat. Begitu pula masyarakat Aceh yang meyakini bahwa segala sesuatu yang ingin di lakukan harus didahului dengan doa agar diberkahi oleh Allah Swt.

Kegiatan khanduri laot ini sering dianggap sebagai pemberian sesajen kepada penghuni laut yang pada umumnya dikaitkan dengan pengaruh agama Hindu. Namun pada hakikatnya para nelayan memiliki kepercayaan bahwa bungkusan tulang belulang akan menjadi rumah ikan. Selama tujuh hari setelah kenduri, disekitar tulang belulang yang ditenggelamkan siapapun tidak diperbolehkan untuk menangkap ikan karena lokasi tersebut merupakan tempat untuk ikan-ikan bermain di lhok, bertelur dan menetaskan telurnya. Kekeliruan pemahaman tentang khanduri laot pada dasarnya disebabkan faktor terputusnya komunikasi antara pencetus ide khanduri laot  dengan masyarakat, terlebih lagi dengan Nelayan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga masyarakat menjadi lupa dan tidak tahu kenapa mereka harus berbuat demikian.

Khanduri laot adalah bentuk rasa syukur dari masyarakat pesisir atas nikmat Allah Swt. yang berlimpah. Secara spiritual, rasa syukur adalah pengingat manusia akan penciptanya, Allah SWT, yang memberikan segala bentuk nikmat dan karunianya pada hamba-Nya. Khanduri laot dapat dikaitan dengan salah satu variabel psikologi yaitu gratitude. Bersyukur (gratitude) didefinisikan sebagai rasa terima kasih dan bahagia sebagai respon penerimaan karunia, baik penerimaan tersebut merupakan keuntungan yang terlihat dari orang lain ataupun momen kedamaian yang ditimbulkan oleh keindahan alamiah. Hal tersebut disebabkan perasaan syukur dapat menimbulkan emosi yang positif seperti ketenangan batin, hubungan interpersonal yang lebih nyaman, dan kebahagiaan.

Khanduri laot juga berkaitan dengan variabel psikologi lainnya yaitu dukungan sosial. Dukungan sosial mengacu pada berbagai sumber daya yang disediakan oleh hubungan  antar pribadi seseorang. Bentuk dukungan sosial yang terlihat pada khanduri laot seperti tangiable support, yaitu bantuan nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik dalam menyelesaikan tugas. Karena pada khanduri laot seluruh masyarakat ikut membantu dalam proses penyelenggaraan acara tersebut, baik bantuan secara fisik maupun tindakan. Bantuk dukungan sosial lainnya adalah belonging support yang menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok dan rasa kebersamaan.

Dalam konteks Khanduri laot, masyarakat mengadakan acara tersebut sebagai suatu bentuk kebersyukuran atas nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah atas rezeki yang telah mereka peroleh untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat daerah pesisir. Dari perspektif psikologi, khanduri laot merupakan sebuah adat yang mana kegiatan-kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan teori-teori psikologi, diantaranya; religiusitas, interaksi sosial, dukungan sosial dan kebersyukuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun