Sistem politik otoriter ditandai oleh kekuasaan yang terpusat pada satu atau sedikit individu atau kelompok, dengan sedikit atau tanpa partisipasi publik dalam pengambilan keputusan. Ciri-ciri utama dari sistem politik otoriter meliputi:
Kekuasaan terpusat.
Keterbatasan kebebasan berpendapat dan pers.
Tidak adanya pemilihan umum yang bebas dan adil.
Penggunaan kekerasan dan represi.
Dalam sistem politik otoriter, kebijakan dapat diimplementasikan dengan cepat karena keputusan dibuat oleh segelintir orang tanpa melalui proses konsultasi yang panjang. Namun, sistem ini juga memiliki kelemahan, seperti kurangnya legitimasi, potensi penyalahgunaan kekuasaan, dan kurangnya akuntabilitas.
Sebagai contoh, di Tiongkok yang memiliki sistem politik otoriter, pemerintah dapat dengan cepat mengimplementasikan kebijakan ekonomi yang luas dan ambisius, seperti pembangunan infrastruktur besar-besaran dan transformasi industri. Kecepatan dan efisiensi ini adalah salah satu keuntungan utama dari sistem otoriter. Namun, kurangnya transparansi dan partisipasi publik seringkali mengakibatkan kebijakan tersebut menghadapi resistensi dari masyarakat.
Salah satu perbedaan utama antara sistem politik demokratis dan otoriter adalah keseimbangan antara kecepatan dan efisiensi dengan legitimasi dan akuntabilitas. Sistem otoriter dapat mengimplementasikan kebijakan dengan cepat dan efisien, namun seringkali mengorbankan legitimasi dan akuntabilitas. Sebaliknya, sistem demokratis mungkin membutuhkan waktu lebih lama dan lebih kompleks dalam proses implementasi kebijakan, namun menghasilkan kebijakan yang lebih legitimate dan akuntabel.
Kestabilan kebijakan juga berbeda antara kedua sistem ini. Sistem demokratis, dengan pergantian kepemimpinan yang teratur, sering mengalami perubahan kebijakan yang bisa menghambat konsistensi. Di sisi lain, sistem otoriter cenderung lebih stabil karena kepemimpinan jarang berubah, namun stabilitas ini bisa terancam oleh resistensi dan ketidakpuasan masyarakat yang meningkat.
Partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan adalah salah satu kekuatan utama dari sistem demokratis. Ini memungkinkan kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Sebaliknya, dalam sistem otoriter, kurangnya partisipasi publik sering mengakibatkan kebijakan yang tidak responsif dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Beberapa tantangan utama dalam implementasi kebijakan di sistem demokratis meliputi: