Mohon tunggu...
Litha Oyoshi
Litha Oyoshi Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Senang menulis di HOKI, biar dapat HOKI. Hidup ini adalah warna dan menulis adalah warna hidupku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melestarikan Kelangsungan Hidup Burung-burung Predator

10 Oktober 2013   19:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:43 1701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto doc.pribadi)

Banyak sekali di Indonesia terdapat berbagai macam dan ragam jenis burung. Bagi anda pecinta burung pemangsa atau predator, anda dapat membentuk sebuah komunitas dengan sesama pecinta burung predator. Di Indonesia, ada sebuah komunitas bernama RCI (Raptor Club Indonesia) tepatnya berada di kota Yogyakarta. Club tersebut, bertujuan merilis burung-burung predator agar tidak punah. RCI merupakan club resmi di Indonesia. Dalam komunitas ini, burung yang berusia muda dilatih agar dapat bertahan hidup dan mencari makan sendiri. Sehingga burung-burung ini pun diharapkan tidak punah begitu saja.

Club atau komunitas pecinta burung predatoratau dikenal dengan istilah burung pemangsa, saat ini cukup banyak menarik minat orang terutama di kalangan anak muda (bersifat illegal). Biasanya mereka membeli anak burung ataupun menangkap secara langsung di hutan. Burung-burung itu pun, diberi makanan dan dilatih hingga mahir dan pada tahapan tertentu burung itu dianggap telah siap untuk hidup serta dapat mempertahankan dirinya sendiri.

Cara melatih burung-burung itu, cukup rumit dan butuh kesabaran. Dimulai dari adaptasi burung pada lingkungan di sekitarnya,pemberian makanan, melatih cara terbang, hingga memberikan perhatian dan perawatan pada kandang burung. Contoh pada burung elang Brontok Putih, burung harus dijemur setiap pagi selama 2 jam (sekitar jam 08.00 – 10.00). Hal ini berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan, membuat badan burung menjadi kuat, dan tidak mudah sakit. Pemberian makananya pun tidak boleh sembarangan. Makanan yang biasa diberikan antara lain burung puyuh usia 6 minggu, tikus putih, daging kelinci, burung tekukur, burung pipit semuanya merupakan makanan kualitas bagus.

Melatih burung pada tahap awal sangatlah sulit, sebab burung masih liar dan belum terbiasa dengan lingkungan barunya. Untuk itu, sebelum masa training burung biasanya dikarantina selama satu minggu di tempat kosong (dalam sebuah gudang tak terpakai atau kamar kosong). Para trainer biasanya hanya masuk ke dalam gudang untuk memberinya makan saja (dengan mangsa hidup agar burung tetap memiliki insting/naluri berburu). Setelah masa karantina berakhir, diadakan masa pendekatan. Burung tersebut dibawa ke tempat yang ramai banyak orang dan kendaraan lalu lalang di jalan. Tujuannya adalah agar burung tidak takut dengan keramaian. Hal ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan. Pada sesi berikutnya burung diberi makan di atas glove/sarung tangan, dengan makanan berupa potongan daging segar yang telah dipotongsedemikian rupa. Sehingga burung merasa nyaman di atas glove.

Pada masa 6 hingga 7 bulan burung menghapalkan nada dan bunyi peluit (setiap kali burung menelan potongan daging)ditiupkan peluit. Setelah burung lancar dan hafal dengan bunyi peluit, trainer mencobaJTTF (Jump To The First). Potongan daging diletakkan di atas glove dengan jarak beberapa centimeter, lalu ditiupkan peluit agar burung meloncat ke atas glove. Selain itu trainer dapat melatih burung untuk dikenalkan pada orang lain agar burung tidak galak dan menyerang orang . Pada masa awal training biasanya burung mengalami kepanikan, terbang-terbang dan melompat (ingin lepas dan lari).

13814078901456278310
13814078901456278310

(foto doc.pribadi)

Penimbangan badan pada burung sangatlah diperlukan. Penimbangan dilakukan secara bertahap, dimulai dari prosesJTTF (Jump To The First), FTTF (Fly To The First), dan FF (Free Fly). Burung berada di satu tempat, misalkan di atas pohon ketika peluit ditiup burung terbang ke arah glove, hal itu menandakan burung mempunyai berat badan ideal. Kesehatan burung hendaknya menjadi perhatian utama. Burung jangan sampai terkena penyakit , karena dapat mengakibatkan kematian pada burung. Yang sering terjadi adalah burung terkena pilek , adanya sumbatan kotoran di hidung, mata berair, burung lantas menjadi lemas dan nafsu makan pun berkurang.

Bagi anda pecinta burung predator, perhatikan gizi makanannya. Karena berpengaruh pula pada keindahan bulu-bulunya. Jika burung sakit atau terkena kutu, bulu-bulu burung itu pun akan mengalami kerontokkan. Anda dapat menambahkan supplement berupa minyak ikan, agar burung bertambah nafsu makannya cukup seminggu 2 kali satu buah. Burung pun harus diperhatikan agar ia tidak terlalu sering kelaparan. Hal ini dapat dilihat jika burung mencengkeram glove dengan sangat kuatnya menandakan burung dalam keadaan kelaparan (Sticky).

Mengajarkan burung pada masa hunting, adalah agar burung tersebut dapat dan siap bertahan hidup di alam bebas. Pada masa pelatihan hunting, makanan dilemparkan ke arah atas dan burung harus dapat menangkap makanan itu dengan gesit/cekatan (agar burung memiliki kemampuan untuk berburu mangsa hidup).Meski pada umumnya burung predator sudah memiliki kemampuan berburu dan kemampuan terbang yang bagus, training semacam ini sangatlah menunjang burung di alam bebasuntuk bertahan hidup dan mempertahankan komunitasnya. Tentunya hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama,agar burung-burung ini tidak mengalamai kepunahan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun