Mohon tunggu...
Mah Ri
Mah Ri Mohon Tunggu... Pengamat apa saja -

Biasa aja, nothing special

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bukan Gubernur Cilet-cilet

19 Oktober 2018   10:17 Diperbarui: 19 Oktober 2018   10:42 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tapi saya pun setuju, dulu di periode pertama beliau sebagai gubernur, beliau ingin menghidupkan lagi kejayaan pelabuhan sabang sebagai pelabuhan internasional. Untuk mewujudkan hal tersebut beliau membangun jalan, waduk, saluran irigasi, dan pembangkit listrik alternatif seperti panas bumi di pelosok demi meningkatkan produk domestik.yang mana pada akhirnya akan mengundang kapal-kapal internasional untuk berlabuh di pelabuhan sabang. Beliau sadar nggak akan kapal-kapal itu mau sandar kalo ngga ada barang yang dibawa pulang. Beliau ingin bernostalgia dengan jaman jayanya cengkeh dulu. Kapal-kapal asing membawa barang dari luar negeri, hongkong singapur dll. Pulangnya mereka membawa cengkeh hasil bumi dari aceh. Sebuah visi yang manis ya kan?

Hanya saja belum terwujud karena disamping belum kelarnya pembngunan infrastruktur, juga belum adanya komoditas-komoditas yang bernilai ekspor yang di produksi. Ada sawit, tapi saya liat mereka cenderung kirim ke medan. Mungkin karena masih gak karuan di pelabuahan sabang makanya mending kirim ke belawan. Atau mungkin emang mungkin lebih dekat ke medan kalo dari perkebunn yang berlokasi Aceh Barat-Selatan. Selain sawit kayak karet, cengkeh, belum ada kayaknya. Jadi kalau pun pelabuhan beres, tetep belum ada bunga yang mengundnng lebah-lebah itu datang.

Tapi itu cuma analisa saya bahwa program beliau hendak me-go internasional-kan aceh setelah saya wow mendengar beliau mau bikin pesawat di aceh berdasarkan kronologi yang saya sebutkan tadi. Yang sebenarnya saya nggak tau tapi sok tau.

He he he.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun