Mohon tunggu...
oyikk hart
oyikk hart Mohon Tunggu... Freelancer -

Seorang videografer, fotografer, motorbike lover. Pecinta budaya Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Kayu Bakar di Hepuba Wamena

27 Januari 2016   01:54 Diperbarui: 27 Januari 2016   03:30 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awalnya tugas saya waktu itu adalah penelitian untuk sebuah film dokumenter. 

Ditempatkan di desa Hepuba, kota Wamena, Papua. Terbayang dimana itu? ... itu adalah desa yang terletak sekitar 11 km dari kota Wamena. Pada saat saya kesana pada Oktober 2014, kota Wamena masih minim lampu lalu lintas (belum ada). Sedangkan Hepuba terletak 11 km dari kota itu, terbayang bagaimana keadaannya kan? 

[caption caption="Mencari Kayu Bakar"][/caption]

Saya tidak mengeluhkan itu, justru saya sangat mensyukurinya. Alam yang udaranya bersih, angin yang sejuk, minim polusi, dan sejak dulu memang saya ingin sekali berkunjung ke lembah Baliem. 

Setelah berkenalan dengan muda-mudi desa Hepuba, saya harus mengenalkan alat bernama kamera video sesegera mungkin. Agar mereka tak canggung jika kamera itu menghadap padanya. Pada hari kedua, saya berinisiatif untuk membuat sebuah video "lucu-lucuan" dengan tujuan tak lebih dari menunjukkan fungsi dari hasil alat bernama kamera video itu. 

Saya diajak berjalan kaki yang ... kalau untuk ukuran orang kota yang jarang olahraga bakal dibilang jauh ya? ... entah berapa kilometer waktu itu. Hanya untuk mencari kayu bakar. Ya, kayu bakar. Seingat saya, penggunaan kayu untuk memasak itu saya saksikan terakhir ketika nenek saya memasak pada tungku di belakang rumah beliau di Jawa Timur sana. Dan saat itu saya diajak untuk mencari kayu yang akan digunakan untuk memproses pengisi perut kami malam nanti.

Saya dokumentasikan dan segera saya edit sederhana. Inilah hasilnya

Esok malam ketika kami usai makan malam, kami berkumpul dan menonton hasil video itu. Menu sederhana telah bersemayam dalam lambung kami masing-masing. Kebahagiaan dan canda tawa terlontar di ruang tamu milik Pater John Djonga ketika teman-teman melihat wajah dan suara mereka terekam kemarin. Hipere diatas piring tak berumur lama, segera tandas oleh kami yang penuh rasa bahagia, berkenalan dengan media yang bisa merekam gambar dan suara. 

Saya rindu mereka,...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun