Mohon tunggu...
oyib sulaeman
oyib sulaeman Mohon Tunggu... Dosen - Dosen IAILM Suryalaya Tasikmalaya

Pemerhati pendidikan dan kesehatan mental. Hoby traveling, baca buku dan pecinta alam.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Nasi Liwet: Sajian Sederhana, Makna Mendalam

2 September 2024   17:14 Diperbarui: 2 September 2024   17:15 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam rangkaian acara Milad Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Pondok Pesantren Suryalaya yang ke-38. Ada salah satu acara yang cukup unik, yakni lomba memasak nasi liwet. Peserta lomba tersebut terdiri dari unsur Biro, Fakultas, UPT Perpustakaan dan Pusat Bahasa dan Pascasarjana. Kelihatannya acara tersebut memang sederhana. Tetapi, ternyata ada makna yang mendalam dibalik nasi liwet. Apakah itu ? Inilah filosofi nasi liwet.

Siapa yang tak kenal dengan nasi liwet? Hidangan sederhana yang kaya rasa ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner Indonesia, khususnya Jawa. Namun, tahukah Anda bahwa di balik kelezatannya, nasi liwet menyimpan filosofi hidup yang mendalam? Mari kita telusuri bersama.

Nasi liwet, dengan beragam lauk pauknya, adalah simbol kesederhanaan yang penuh makna. Nasi putih pulen, lauk pauk sederhana seperti suwiran ayam, sayur labu siam, hingga sambal terasi, semua menyatu dalam sebuah harmoni rasa. Ini mengajarkan kita untuk menghargai hal-hal sederhana dalam hidup. Seperti nasi liwet, kebahagiaan sejati seringkali datang dari hal-hal kecil yang kita syukuri.

Proses memasak nasi liwet juga sarat makna. Berbagai bahan dimasak bersama dalam satu wadah, saling melengkapi dan menyatu. Ini mencerminkan pentingnya kebersamaan dan gotong royong. Dalam kehidupan, kita juga perlu bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

Penyajian nasi liwet dalam pincuk daun pisang juga memiliki filosofi tersendiri. Daun pisang yang membungkus nasi liwet melambangkan kesederhanaan dan kearifan lokal. Ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.

Nasi liwet seringkali dinikmati bersama keluarga atau teman-teman. Momen makan bersama ini adalah waktu yang berharga untuk mempererat tali silaturahmi. Nasi liwet mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan orang-orang di sekitar kita.

Dalam budaya Jawa, nasi liwet juga memiliki makna spiritual. Nasi liwet seringkali disajikan dalam upacara adat atau selamatan. Ini menunjukkan bahwa makanan bukan hanya sekadar pemuas lapar, tetapi juga sarana untuk mengungkapkan rasa syukur dan penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Nasi liwet, dengan segala filosofinya, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia. Hidangan ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga menginspirasi kita untuk hidup lebih sederhana, menghargai kebersamaan, dan selalu bersyukur.

Lantas, apa yang bisa kita pelajari dari nasi liwet? Bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada hal-hal yang rumit dan mewah, tetapi pada kesederhanaan, kebersamaan, dan rasa syukur. Mari kita terus melestarikan tradisi nasi liwet sebagai warisan budaya bangsa yang sarat makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun