setelah semua kehancuran
maka jari terkembang mengais satu persatu rekah dan pecah
selama nada dan cerita masih satu lagu
tak jauh gunung hendak dijadikan perahu
mengais jenjang, bertangga kesusahan
sempit kayu yang tertata, cuma tertanam bak formalitas yang suka berdusta
dusta untuk duka, untuk cinta, dan sekelumit penghianatan yang tak terbuka
.
setelah semua kehancuran
tangis diambil satu persatu
biar tetesnya tak mengenai ingus
yang kemudian diaduk bersama adonan kebohongan
yang terpampang sejak awal
sejak mengenal dan hingga perpisahan menjadi kompor
yang memanggang semua kenangan
.
Sleman (tertulis) 12-07-2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H