Waktu seorang ayah hatinya terhimpit batu pedangnya terpental. Dengan kata "niscaya kau akan mendapatkan aku sebagai orang yang sabar." Kasih karena Tuhannya, cinta karena Tuhannya.
Kini arah kiblat dipandangi. Dihadapkan wajah dan hatinya,  memecah  segala hening dengan keagungan namaNya. Menggelar rindu hamparan jiwa
Jauh di kedalaman batin. Ismail telah hidup di taman hati para pecinta. Menuliskan kisahnya di peradaban baru. Menyilahkan angin mentasbihkan ke-Mahasucian-Nya
Pagi akan menjelang tanah-tanah basah, dengan pujian menembus langit menembus bumi.  Semoga  tetesan darahmu pengorbanan yang bercahaya hingga negeri akhirat
Cimahi, 9 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H