Semua waktu kurasa tetaplah luapan cahaya. Entah di redupnya entah di nyalanya. Â Kurasa aku mengikuti tiap jengkal bayang kehidupan.Â
Membaca wajah matahari, ada keringat bahagia, orang-orang bisa menyuapi anaknya, di sela reranting yang berderak patah.Â
Di ujung sinarnya mimpi tak pernah kelelahan. Terbit dan tenggelam menjalani kisah abadi. Dari rahim menuju sahadah yang di gelar siang dan malam.Â
Kemarau hanya satu fase yang harus terlewati bukan?Â
Matahari terang matahari tersembunyi. Kemunculannya di nanti. Seterang senyuman yang terbaca di geletarnya hati.
Mengerti saat-saat matahari menggantung. Menciptakan bayangan yang harus diterjemahkan.Â
Cimahi, Â 15 Februari 2019Â