Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024. Guru dan Penulis Buku, menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tips Mengatur Social Energy pada Lebaran dan Cerita yang Enggan Berujung

5 April 2025   22:51 Diperbarui: 6 April 2025   00:25 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama keluarga yang baru bertemu untuk pertama kalinya. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Lebaran adalah salah satu momen penting untuk membangkitkan semangat bersosialisasi lewat silaturahmi. Semua orang yang terlibat di dalamnya sudah pasti terkocok-kocok social energy yang menyertainya.

Berkunjung, silaturahmi dan bercakap-cakap lumrah terjadi sebagai pemandangan klasik lebaran. Kemampuan berkomunikasi secara informal pun dijajal. 

Lewat momen Lebaran inilah, energi sosial dalam diri seperti terlampiaskan. Cerita mengalir dengan sangat nyaman. Mulai dari membuka percakapan, pembahasan panjang dan bagian akhir yang enggan berujung.

Selama kumpul-kumpul dengan keluarga dan kerabat, dalam tiga hari petualangan bertemu keluarga, suara saya serak akibat cerita panjang tak berujung. 

Boleh dikatakan, kumpul-kumpul di masa Lebaran, saya seperti burung yang lepas dari sangkarnya. Iya, harus saya akui tensi bekerja sebagai guru pada sekolah tengah kota sangat tinggi. Hampir tak ada waktu bersantai selain libur panjang seperti Lebaran. 

Bagi saya dan keluarga, Lebaran tahun ini sangat istimewa. Ada momen spesial di mana saya bisa berjumpa dengan keluarga untuk pertama kalinya. Puluhan  tahun tak berjumpa akhirnya bisa bertatap muka. 

Perasaan haru bercampur bahagia berpadu dalam batin saat melihat mereka kali pertama.

Jadinya, kumpul-kumpul dengan keluarga pun sangat seru. Dari menikmati camilan hingga sesi makan bersama selalu renyah dan hangat dengan cerita. 

Ya, cerita seperti enggan berujung. Topik dari semua penjuru dibahas. Dari masa kecil hingga punya anak. 

Booster person, itulah yang membuat suara saya serak karena intensnya saya membuka topik pembicaraan. Saya memang sulit berhenti mengoceh ketika topik pembicaraan tepat. 

Demikian tergodanya social energy yang membuncah di Lebaran sehingga letih terabaikan. Capek! Iya, kondisi ini pasti ada. Meskipun saya bukan penyelenggara silaturahmi tetapi sebagi penikmat suasana Lebaran, capek tetap menghinggapi saya. Tak berhenti bercerita ditambah perjalanan hingga ratusan kilometer tentunya menguras tenaga saya. 

Mengelola social energy selama libur Lebaran sangat penting agar kita dapat menikmati waktu istirahat tanpa merasa kewalahan.
Sebagai orang dengan kategori extrovert, di Lebaran saya bisa mendapatkan energi dari interaksi sosial. Pahami di mana kita berada dalam spektrum ini.

Strategi Saat Berinteraksi Sosial di Lingkungan Heterogen

Meskipun saya termasuk extrovert dalam sebuah perbincangan dan kegiatan keluarga, tentunya saya wajib mengelola momentum. Pembicaraan boleh enggan untuk berujung, tetapi penting untuk menerapkan hal-hal berikut ini.

  • Fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Lebih baik memiliki beberapa interaksi yang bermakna daripada banyak interaksi yang dangkal dan menguras energi.
  • Jangan merasa wajib. Kita tidak harus selalu ikut dalam setiap kegiatan atau percakapan. Jika kita merasa perlu istirahat, tidak apa-apa untuk menarik diri sejenak.
  • Tetapkan batasan waktu. Jika kita menghadiri acara silaturahmi keluarga atau teman dengan durasi waktu yang lama, kita bisa menetapkan batasan waktu untuk diri sendiri. Misalnya, tidak apa-apa mengatakan, "Maaf, saya tidak bisa menginap, anak-anak ada kegiatan dengan teman-temannya nanti sore." 
  • Berikan diri izin untuk menolak. Tidak apa-apa untuk menolak undangan atau ajakan silaturahmi jika kita merasa tidak memiliki energi untuk itu. Jelaskan dengan sopan tanpa merasa bersalah.
  • Praktikkan Mindful Socializing. Kita juga perlu hadir sepenuhnya dalam interaksi sosial. Dengarkan dengan aktif dan nikmati momen tersebut. Ini bisa membuat interaksi terasa lebih memuaskan dan tidak terlalu menguras energi. Keluarga atau kerabat pun akan merasa tergargai.

Kita tentunya pernah merasa lelah saat berkumpul di acara keluarga dan itu adalah hal yang wajar. Suasana ramai, interaksi yang intens, dan ekspektasi sosial bisa menguras energi. Berikut beberapa cara untuk mengatasi kelelahan tersebut tanpa harus sepenuhnya menarik diri dari sebuah perbincangan panjang.

Mengenali Tanda-Tanda Kelelahan

Penting untuk mengenali mulai munculnya tanda kelelahan, baik secara fisik, emosional dan mental. Dari segi fisik, gejalanya antara lain: keadaan merasa pusing, mata berkunang-kunang, badan pegal, dan merasa sangat lelah meskipun tidak banyak bergerak 

Pada sisi emosional, kita bisa saja mudah tersinggung, merasa kewalahan, ingin menyendiri, dan sulit fokus pada percakapan. Sementara pada aspek mentalm, pikiran terasa penuh, sulit berkonsentrasi, dan merasa jenuh dengan interaksi.

Strategi Menghindari Kelelahan

Silaturahmi di masa Lebaran tentunya terasa tanpa ada putusnya. Apalagi jika keluarga mengadakan semacam acara kecil-kecilan pula, katakanlah seperti arisan keluarga tahunan. Acaranya bisa panjang. Berikut strategi menghindari kelelahan yang bisa diterapkan.

Cari Tempat yang Lebih Tenang

Jika memungkinkan, cari sudut ruangan atau area yang lebih sepi untuk beristirahat sejenak dari keramaian. Kita bisa duduk diam, mengatur napas, atau sekadar melihat-lihat tanpa harus terlibat percakapan.

Ambil Napas Dalam-Dalam

Latihan pernapasan sederhana dapat membantu menenangkan sistem saraf. Tarik napas dalam-dalam melalui hidung, tahan beberapa detik, lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Ulangi beberapa kali sampai merasa nyaman.

Fokus pada Satu atau Dua Orang

Daripada mencoba berinteraksi dengan semua orang, tentunya akan membuat kita capek. Jadi, fokuslah pada percakapan dengan satu atau dua orang yang membuat kita merasa nyaman. Ini bisa mengurangi tekanan untuk selalu "on" secara sosial, apalagi jika tipe extrovert seperti saya.

Tawarkan Bantuan Ringan

Terkadang, mengalihkan fokus dengan melakukan sesuatu yang sederhana seperti membantu menata makanan, membereskan piring, atau menjaga anak kecil bisa memberikan kita "alibi" untuk tidak terlalu terlibat dalam percakapan yang intens dan sekaligus merasa berkontribusi. Ya, sedikit pintar mengatur suasana lewat alasan dan trik yang tepat untuk menghindari perbincangan lama.

Batasi Topik Pembicaraan yang Menguras Energi

Hindari atau alihkan topik pembicaraan yang kita tahu akan memicu stres, perdebatan, atau emosi negatif. Perbincangan panjang bisa membawa kita pada topik-topik yang menguras emosi.

Berikan Diri Izin untuk Menghilang Sesaat

Pergi ke toilet, keluar sebentar untuk menghirup udara segar, atau membantu di dapur bisa menjadi cara sopan untuk menarik diri sejenak dan mengisi ulang energi.

Tetapkan Batasan Waktu Secara Pribadi

Jika memungkinkan, tetapkan batasan waktu untuk diri sendiri ketika kita tahu kegiatan akan berlangsung lama dan kita mudah lelah. Kita bisa merencanakan untuk pulang lebih awal atau mengambil jeda yang lebih lama di tengah kegiatan.

Dengarkan Musik 

Ketika merasa sangat kewalahan dan ada kesempatan untuk menyendiri, mendengarkan musik yang menenangkan bisa membantu mengalihkan pikiran dan meredakan stres. Tentunya jika situasinya memungkinkan, tapi jangan sampai membuat orang lain tersinggung atau merasa tidak dihargai.

Jangan Ragu untuk Mengatakan Tidak dengan Sopan

Jika ada ajakan lagi untuk berpartisipasi dalam aktivitas keluarga yang kira rasa akan menguras energi, sebaiknya kita bisa menolak dengan sopan. Misalnya dengan mengatakan, "Terima kasih atas tawarannya, tapi saya sedang ingin istirahat sebentar."

Berpetualang berhari-hari menjalin silaturahmi keluarga di masa Lebaran ini sudah pasti melelahkan. Menjelang masuk kembali ke aktifitas normal di penghujung liburan, kita perlu mengatur diri. Maka, setelah acara kumpul-kumpul dengan keluarga dan kerabat, kita perlu menerapkan strategi untuk lepas dari keletihan. Berikut tips yang bisa digunakan.

  • Berikan diri waktu untuk pulih. Jangan langsung menjadwalkan aktivitas lain setelah acara keluarga yang melelahkan. Berikan diri waktu untuk bersantai dan melakukan hal-hal yang kita nikmati sendiri.
  • Refleksikan pengalaman. Coba identifikasi faktor-faktor apa saja yang membuat kita merasa lelah selama kegiatan keluarga. Ini bisa membantu kita mempersiapkan diri lebih baik untuk acara keluarga berikutnya.
  • Jangan ragu untuk berbicara dengan orang terdekat. Jika kita sering merasa sangat lelah setelah acara keluarga, bicarakan dengan pasangan, teman, atau anggota keluarga yang dipercaya. Mereka mungkin memiliki saran atau sekadar bisa memberikan dukungan.

Mengisi Ulang Energi Sosial

Silaturahmi penting dan seringkali menguras energi sosial kita. Jadi, perlu untuk diisi ulang. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan.

  • Jadwalkan waktu sendiri. Pastikan memiliki waktu yang cukup untuk diri sendiri setelah menjalani masa sibuk beberapa hari. Gunakan waktu tersebut untuk melakukan hal-hal yang dinikmati dan membuat kita merasa rileks dan berenergi kembali, misalnya: membaca buku, mendengarkan musik, meditasi, berjalan-jalan sendiri atau menulis artikel di Kompasiana.
  • Istirahat yang cukup. Kurang tidur dan kurang istirahat dapat memperburuk rasa lelah secara sosial. Pastikan untuk mendapatkan tidur dan istirahat yang berkualitas selama liburan Lebaran ini.
  • Perhatikan kebutuhan fisik. Makan makanan yang bergizi dan berolahraga ringan juga dapat membantu menjaga tingkat energi. Setiap pagi, jika cuaca bersahabat, saya rutin jalan kaki keliling lingkungan sekitar. Cara ini mampu mengembalikan konsentrasi.
  • Lakukan aktivitas yang dinikmati sendiri. Liburan adalah waktu yang tepat untuk mengejar hobi atau mencoba hal baru yang disukai tanpa tekanan sosial. Misalnya, mendaki gunung atau memancing bisa dilakukan jika itu membuat diri kita nyaman.
  • Batasi paparan media sosial. Terlalu banyak melihat unggahan liburan orang lain atau terlibat dalam drama media sosial bisa menguras energi kita. Maka, hindari menyimak kegiatan orang lain atau info sebaran berita gosip dari para konten kreator di medsos.

Sebagai penutup artikel ini, penting untuk diingat bahwa tidak apa-apa untuk merasa lelah. Jangan merasa bersalah atau tidak enak jika merasa lelah. Ini adalah respons alami tubuh terhadap stimulasi sosial. 

Prioritaskan kesejahteraan fisik dan psikis kita. Jangan memaksakan diri melebihi batas kemampuan. Lebih baik mengambil jeda sejenak daripada menjadi tidak nyaman dan merusak suasana untuk diri sendiri dan orang lain.

Setiap orang itu berbeda. Strategi yang berhasil untuk satu orang mungkin tidak berhasil untuk orang lain. Eksperimenlah dengan berbagai cara untuk menemukan apa yang paling efektif bagi diri sendiri.

Dengan mengenali tanda-tanda kelelahan dan menerapkan strategi yang tepat, kita tetap bisa menikmati momen berkumpul dengan keluarga tanpa merasa terlalu terkuras energinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun