Tantangan besar mengelola keuangan adalah kredit dan utang. Misalnya PNS/ASN, rata-rata sudah menyimpan SK di bank atau koperasi. Jadi, sebaiknya kontrol sebaik mungkin pengeluaran demi memperlancar setoran kredit dan kemungkinan utang.
Belanja tak terkendali seringkali membuat tagihan kredit tertunda yang berefek pada kesehatan mental.Â
Maksimalkan Sumber DayaÂ
Jika selama beberapa tahun belakangan telah dirasakan banyak hasil belanja yang minim pemakaian, maka sebaiknya itu yang dimaksimalkan. Pakaian, celana, sandal dan sepatu, dll tetap akan mendukung penampilan.
Belanja pakaian sekali setahun pun bisa diterapkan. Bagaimanapun juga, trend membuat kostum seragam di komunitas seringkali membuat pakaian turut menumpuk dalam lemari.
Belanja Langsung dan Hindari Belanja Online
Belanja langsung lebih efektif dibandingkan menitip dan belanja online. Dengan terjun langsung belanja, maka tingkat kepuasan lebih terjaga.Â
Pasifnya hasil belanja terjadi karena kurang puas. Belanja online seringkali membuat kita tidak puas. Pesanan tak sesuai promosi. Sehingga barang yang diterima pun pada akhirnya hanya mengisi bagian atas lemari dan gudang.
Di sini, sangat penting mengelola emosi dan kontrol hasrat akan godaan produk terbaru. Selalu berusaha untuk memakai barang lama yang masih berkualitas dan layak pakai.
Kolaborasi dengan lingkungan
Tips paling sederhana menekan volume belanja adalah kembali ke alam, yakni berkolaborasi dengan lingkungan. Memanfaatkan pekarangan, halaman, ruang sirkulasi sekitar rumah untuk lahan tanam bisa dijadikan solusi.Â
Konsumsi sayuran hijau segar dan aneka ragam kebutuhan dapur lainnya bisa terpenuhi tanpa belanja. Metode tanam menggunakan polybag, barang bekas, atau bedengan mini di sekitar rumah dapat diterapkan.
Pemanfaatan lahan tanam di sekitar rumah pun akan mendorong aksi nyata menekan produksi sampah rumah tangga. Limbah-limbah basah sisa dapur bisa diolah menjadi kompos. Demikian pula dengan barang bekas yang bisa dimanfaatkan untuk lahan tanam.