Manajemen keuangan, dalam hal ini belanja wajib menjadi fokus perhatian, baik untuk perorangan maupun rumah tangga. Animo belanja yang disertai tuntutan gaya hidup dan perkembangan dunia digital tentunya sering menggoda kita untuk merogoh isi dompet dan rekening.Â
Belanja tanpa perhitungan akan manfaat, fungsi dan tujuan hasil belanja pada akhirnya berujung pada belanja pasif. Uang belanja keluar banyak, barang menumpuk tetapi minim pemakaian.
Kebiasaan belanja masyarakat seringkali tergoda dan mengikuti trend gaya hidup selebriti, selebgram, influencer dan crazy rich. Apalagi ditopang oleh kecanggihan dunia digital, informasi gaya hidup dan trend sangat cepat tersebar luas hingga ke pelosok negeri.
Belanja pakaian model baru, barang elektronik, dan ragam pernak-pernik lain yang dianggap instagrammable pun seolah menjadi budaya baru. Akibatnya, penumpukan barang belanjaan dalam mode pasif tak terpakai terjadi di rumah.
Belanja pasif tak fungsional bukan hanya pada aksesoris tetapi juga gaya makan. Kadangkala trend mukbang para konten kreator turut mempengaruhi niat belanja. Sehingga belanja bahan makanan dan makanan siap konsumsi pun berlebihan dan meninggalkan jejak klasik berupa sampah.
Untuk menghindari trend belanja pasif di tahun 2025, berikut ini tips yang bisa digunakan.
Tentukan Skala Prioritas Belanja
Skala prioritas wajib diterapkan untuk rencana belanja. Tentukan kebutuhan pokok untuk kebutuhan hidup.Â
Jika masih jomblo tapi sudah berpenghasilan tetap, maka skala prioritasnya adalah bahagiakan orang tua dan keluarga.  Jika sudah  berumah tangga, maka penting untuk memprioritaskan kebutuhan bulanan dan kebutuhan sekolah anak-anak.Â
Bagi yang belum memiliki hunian tetap atau rumah, maka skala prioritasnya adalah rumah.
Konsep belanja nikmati hidup memang penting, tetapi jangan sampai lewat batas yang membuat tidak tersisanya penghasilan untuk rencana jangka panjang.