Bisa dibayangkan, puluhan dan bahkan ratusan ribu perantau Toraja yang pulang kampung merayakan Natal terkesan menghamburkan uang ketika berbelanja petasan dengan cukup masif. Total belanja perorangan bisa mencapai puluhan juta.Â
Jika berpikir bijak, ekonomis dan mempertimbangkan manfaat uang, maka uang jutaan rupiah belanja petasan lebih berfaedah jika dibelanjakan  babi, makanan, atau disumbangkan untuk pembangunan gereja serta bantuan donasi.
Beberapa hari yang lalu, ada satu peristiwa membakar petasan yang hampir saja mengakibatkan kebakaran. Di Lempangan, Kota Makale, ada satu tempat pelaksanaan upacara adat Rambu Solo' (kematian) yang dilanda kebakaran. Pemicunya adalah ada anggota keluarga berduka yang menyalakan petasan di malam hari.Â
Percikan api petasan mengenai atap lantang karampuan (pondok penerimaan tamu). Bagian depan pondok yang menyerupai atap tongkonan (rumah adat Toraja) hampir ludes terbakar. Beruntung, tindakan pemadam kebakaran mampu meminimalisir efek kebakaran.
Hanya beberapa hari berselang, satu lapak penjual petasan di pusat Kota Makale terbakar. Lokasinya tepat di depan Puskesmas Makale.
Dari kejadian tersebut, tentunya memberikan pelajaran kepada warga Toraja akan dampak dari petasan.Â
Tema "Ayo kembali ke Betlehem" pun telah dimaknai secara positif oleh pemerintah daerah Kabupapaten Tana Toraja. Selama bulan Desember, beberapa kali petugas Satpol PP melakukan pembongkaran terhadap pembangunan lapak-lapak liar penjual petasan di sepanjang jalanan Kota Makale.Â
Mereka sering beroperasi menertibkan para pedagang petasan musiman. Hanya saja, berbagai strategi dilakukan pula oleh para penjual, misalnya berjualan menggunakan mobil atau memanfaatkan tenda portable.
Timbulnya kesadaran warga Toraja, perantau dan aksi dari Satpol PP secara langsung mendorong naiknya kualitas udara di Toraja. Pencemaran udara sedikit berkurang dari serangan asap petasan.Â