Kerinduan warga Kecamatan Gandangbatu Sillanan akan perbaikan ruas jalan di kampung Talondo, Malaleo akhirnya terwujud. Penantian sangat panjang, puluhan tahun.
Tidak layaknya jalan dilintasi bukan karena terimbas longsor. Pemicu utama kerusakan jalan adalah peristiwa alamiah berupa tanah bergerak. Pergerakan tanah terjadi sepanjang tahun.
Sebenarnya, baik musim kemarau maupun musim hujan, kondisi jalan di Talondo sama saja. Tanah terus bergerak. Uniknya, tanah yang bergerak tenggelam pada area sekitar 50 meter dari jalan. Adapun beberapa rumah warga dan lahan kebun di bawahnya tidak terdampak sama sekali.
Tanah berdebu di musim kemarau membuat ban mobil tak bisa menanjak. Gundukan tanah dan bebatuan besar makin menambah sulit ban kendaraan melintas.
Selama puluhan tahun, ruas jalan sepanjang kurang lebih 100 meter hanya ditimbun dan digerus jika terjadi pergeseran tanah.Â
Penderitaan warga makin bertambah di musim hujan. Mobil terperosok dan terbalik seringkali terjadi. Demikian pula pengendara motor terjatuh.
Dampak paling lama adalah tersendatnya angkutan truk yang mengangkut berton-ton hasil bumi berupa palawija dan kopi. Banyak pengendara harus memutar arah ke Kabupaten Enrekang.
Pada awalnya tak ada niat untuk membangun jembatan di lokasi tanah bergerak. Namun, melalui kerja keras dan pemikiran anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan asal Tana Toraja, bapak John Rende Mangontan, pilihan untuk membangun jembatan akhirnya bisa diretas. Melalui sumbangsih politisi Partai Golkar tersebut, tahapan pembangunan landasan jembatan di kedua sisi pun dimulai.Â
Opsi pembuatan jembatan kemudian dipilih pemerintah sebagai solusi terbaik penanganan jalur transportasi utama menuju Pasar Tradisional Buntu, Kantor Kecamatan, Puskesmas Buntu dan SMKN 2 Tana Toraja.
Setelah itu, proses pembangunan lama terhenti lagi bertahun-tahun karena mempertimbangkan masih adanya sejumlah bebatuan besar yang masih bergerak dari atas.